> >

Sebelum Moskow Mundur, Zelenskyy Tolak Gencatan Senjata di Ukraina: Hanya Beri Rusia Waktu Istirahat

Krisis rusia ukraina | 23 Juli 2022, 21:05 WIB
Ilustrasi. Dua bocah Ukraina membawa senapan plastik di pos pemeriksaan buatan di Kharkiv, 20 Juli 2022. Dalam wawancara yang dipublikasikan pada Jumat (22/7/2022), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak gencatan senjata selama Rusia belum mengembalikan wilayah yang diduduki. (Sumber: Evgeniy Maloletka/Associated Press)

NEW YORK, KOMPAS.TV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak gencatan senjata selama Rusia belum mengembalikan wilayah yang diduduki. Gencatan senjata tanpa pengembalian wilayah disebutnya hanya memberi Moskow “waktu istirahat”.

Hal tersebut disampaikan Zelenskyy dalam wawancara bersama Wall Street Journal yang dirilis pada Jumat (22/7/2022).

“Membekukan konflik dengan Federasi Rusia berarti sebuah jeda yang memberi Federasi Rusia waktu beristirahat,” kata Zelenskyy kepada Wall Street Journal via TASS.

“Mereka tidak akan menggunakan waktu jeda ini untuk mengubah (tujuan) geopolitik mereka atau membatalkan klaim mereka atas republik-republik bekas Soviet,” lanjutnya.

Baca Juga: Zelensky Tolak Gencatan Senjata hingga Seluruh Wilayah Ukraina yang Diduduki Rusia Direbut Kembali

Zelenskyy meyakini bahwa gencatan senjata hanya akan berujung serangan Rusia lagi. Kata dia, jika gencatan senjata disepakati sekarang, dua atau tiga tahun lagi Moskow akan kembali meluncurkan serangan.

“Rusia akan merampas dua wilayah lagi dan kembali berkata: bekukan konfliknya. Dan mereka akan terus bergerak lebih jauh lagi, seratus persen,” kata Zelenskyy.

Perundingan Rusia-Ukraina sendiri ditangguhkan sejak pertengahan Mei lalu usai terkatung-katung sejak April. Walaupun sempat mencapai kemajuan ketika berunding di Istanbul, Turki, pada akhir Maret silam, Moskow dan Kiev masih jauh dari kata sepakat dalam membuat perjanjian.

Di medan perang, pertempuran Rusia-Ukraina pun terindikasi akan mencapai eskalasi baru. Hal ini seiring pernyataan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengenai perluasan operasi militer ke selatan Ukraina dan rencana serangan balik Kiev.

Pada awal Juli lalu, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk meminta penduduk di wilayah yang diduduki Rusia segera mengungsi, mengingat potensi pertempuran di sana.

Para pejabat Kiev menyatakan secara terbuka bahwa fase perang berikutnya akan memicu kekerasan berskala lebih besar dibanding pertempuran yang terpusat di Donbass saat ini.

Baca Juga: Ukraina dan Rusia Akhirnya Sepakat Ekspor Gandum Dilanjutkan, tapi Tetap Saling Ancam


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/TASS


TERBARU