Sosok Ranil Wickremesinghe, Rubah Licin yang Jadi Presiden Negara Bangkrut Sri Lanka
Kompas dunia | 21 Juli 2022, 05:45 WIBKOLOMBO, KOMPAS.TV - Bekas perdana menteri (PM) Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe resmi ditunjuk menjadi presiden interim oleh parlemen pada Rabu (20/7/2022). Ia adalah sosok lawas dalam politik dalam negeri Sri Lanka yang kerap dijuluki “si rubah.”
Julukan itu tersemat ke sosok Wickremesinghe diduga karena kelicinannya membangkitkan kembali karier politik usai berkali-kali tumbang.
Melansir The Guardian, politikus 74 tahun itu telah enam kali menjabat pos perdana menteri sejak memasuki arena politik pada 1977. Selama hampir setengah abad, kiprahnya sebagai PM pun menunjukkan pola unik: Wickremesinghe tak pernah menyelesaikan masa jabatannya.
Ranil Wickremesinghe sendiri disebut mengincar pos presiden Sri Lanka sejak lama. Ia pun berulang kali gagal dalam pencalonan presiden.
Baca Juga: Sah! Eks PM yang Rumahnya Dibakar saat Demo, Terpilih Jadi Presiden Sri Lanka
Akhirnya, setelah melalui pemilihan tertutup parlemen di tengah krisis yang membuat Sri Lanka bangkrut, Wickremesinghe suskes memenuhi ambisinya: menjadi eksekutif nomor satu negara itu, menggantikan Gotabaya Rajapaksa yang kabur ke luar negeri.
Dinasti politik Wickremesinghe
Ranil Wickremesinghe, lahir di Kolombo pada 24 Maret 1949, tumbuh di keluarga kaya yang memiliki pengaruh politik. Keluarganya dilaporkan memiliki jejaring penerbitan dan perkebunan.
Ia merupakan keponakan dari salah satu pemimpin terlama di Sri Lanka, Junius Jayewardene. Mantan presiden berjuluk “rubah tua” itu menjabat selama 12 tahun hingga 1989.
Di kancah politik Sri Lanka, Jayewardene dikenal karena kelicikannya. Namun, keponakannya, Ranil Wickremesinghe, dianggap lebih cerdas bernavigasi dalam jaringan kekuasaan Sri Lanka yang korup.
Baca Juga: Dampak Krisis Sri Lanka: Warga Antre BBM 4 Hari, Marah-Marah di Jalanan
Wickremesinghe muda awalnya bekerja sebagai reporter di perusahaan pers milik keluarganya.
Pada 1973, perusahaan itu dinasionalisasi oleh PM Sirima Bandaranaike, perdana menteri perempuan pertama di dunia. Wickremesinghe pun beralih memburu karier di bidang hukum dan menjadi pengacara.
"Jika Lake House (perusahaan keluarga Wickremesinghe) tidak diambil alih, saya akan menjadi jurnalis. Jadi sebenarnya, Nyonya Bandaranaike mengirim saya ke politik," kata Wickremesinghe kepada AFP.
Sepak terjang Wickremesinghe selalu dikritik karena nepotisme dengan pamannya. Kritikus kerap memperolok Partai Persatuan Nasional (UNP), platform politik keluarga Wickremesinghe yang pernah menguasai Sri Lanka, sekadar Partai Uncle and Nephew (Paman dan Keponakan).
Terlepas dari kontroversi seputar karier politik Wickremesinghe, lulusan Royal College Kolombo ini punya kapabilitas bermanuver sehingga bisa dipilih menjadi perdana menteri dan presiden dalam kurun kurang dari tiga bulan.
Ranil Wickremesinghe: cakap urus ekonomi, reformis pro-Barat
Ranil Wickremesinghe pertama menjabat sebagai PM Sri Lanka pada 1993 setelah pembunuhan Presiden Ranasinghe Premadasa. Namun, sebagaimana terulang pada periode-periode selanjutnya, masa jabatan pertama ini tidak berlangsung lama.
Baca Juga: Wawancara PM Sri Lanka: Terpaksa Beli Minyak Rusia, Tak Kapok Utang China
Dalam berbagai masa jabatan di kancah politik, baik sebagai PM atau oposisi, Wickremesinghe menumbuhkan imej sebagai pemimpin yang cakap mengurus ekonomi serta seorang reformis pro-Barat.
Kecakapannya mengurus ekonomi, salah satunya dibuktikan pada masa jabatannya sebagai PM pada 2001-2004. Waktu itu, Wickremesinghe berhasil memimpin Sri Lanka keluar dari resesi.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Ceylon Sri Lanka ini dikenal punya basis massa yang kuat di kalangan kelas menengah urban.
Meskipun demikian, Ranil Wickremesinghe juga tak luput dari dugaan korupsi. Ia dituduh terlibat dalam skandal penipuan di bank sentral Sri Lanka.
Saat menjadi perdana menteri lagi pada 2015-2019, Wickremesinghe juga dituduh melindungi dinasti Rajapaksa. Wickremesinghe dan Rajapaksa memanglah rival politik, tetapi memiliki kedekatan personal selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Kisah Rajapaksa, Dipaksa Mundur dari Negeri yang Bangkrut
Wickremesinghe dituduh melindungi Rajapaksa dari kasus dugaan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia. Investigasi terhadap klan Rajapaksa pun akhirnya terhenti dan tidak menghasilkan apa pun sejauh ini.
Karier politik bangkit di tengah krisis
Karier politik Ranil Wickremesinghe sempat terhenti usai ia mengundurkan diri dari pos perdana menteri pada 2019. Waktu itu, namanya tercoreng oleh kekecewaan publik.
Platform politiknya, UNP pun terpecah usai sekelompok anggota parlemen memisahkan diri dan membentuk kelompok politik baru.
Perpecahan itu menjadi titik terendah sepanjang sejarah UNP. Bahkan, pada 2020, Wickremesinghe hampir tidak memperoleh suara dalam pemilihan parlemen.
Wickremesinghe akhirnya sukses menjadi wakil satu-satunya UNP di parlemen berkat mekanisme non-voting yang memastikan satu kursi untuk partainya.
Meskipun demikian, periode terjal tersebut dilalui Wickremesinghe hingga menjadi perdana menteri (lagi) pada Mei lalu. Ia menempati kursi yang ditinggalkan Mahinda Rajapaksa, kakak dari mantan presiden, Gotabaya.
Seiring demonstrasi besar-besaran yang dipicu krisis ekonomi, Gotabaya Rajapaksa kebingungan mencari suksesor Mahinda karena para pemimpin oposisi menolak pos tersebut.
Baca Juga: IMF Sebut Negara-negara Ini Akan Masuk Resesi yang Dalam, Penyebabnya Embargo Gas Rusia
Wickremesinghe kemudian ditugasi membantu upaya Sri Lanka keluar dari krisis ekonomi parah. Ia diminta melancarkan negosiasi dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Akan tetapi, kondisi Sri Lanka yang bangkrut membuat demonstrasi semakin tak terkendali. Pada awal Juli lalu, demonstran menyerbu kediaman Rajapaksa dan Wickremesinghe, mendesak mereka mundur. Kediaman Wickremesinghe bahkan dibakar massa.
Walaupun telah dipilih parlemen, sosok Wickremesinghe tak disukai oleh publik Sri Lanka yang tak terima negaranya dilanda krisis.
Situasi semakin runyam karena presiden interim itu sudah berikrar mengambil tindakan keras melawan demonstrasi rusuh. Demonstran anti-pemerintah disebutnya sebagai “fasis” dan “ekstemis.”
Sejauh ini, opini publik Sri Lanka terhadap penunjukan Ranil Wickremesinghe disebut cukup negatif. Demonstran menuntutnya mundur karena ikut membela dinasti Rajapaksa yang diduga korup.
“Ranil Wickremesinghe juga harus mundur karena dia membela sistem korup ini. Dan dia juga telah gagal selama lima kali menjadi perdana menteri,” kata Romo Jeevantha Peiris, seorang pendeta Katolik yang menjadi pemimpin aksi protes.
“Sebagai warga negara, kami tak menerimanya. Kami tidak butuh pemimpin korup lainnya,” lanjutnya.
Baca Juga: Setelah Bangkrut, Sri Lanka Bisa Jadi Negara Gagal, Ini Penjelasannya
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV/The Guardian