Terungkap! Kerasnya Respons Putra Mahkota Arab Saudi atas Tudingan Biden soal Pembunuhan Khashoggi
Kompas dunia | 18 Juli 2022, 07:05 WIBJEDDAH, KOMPAS.TV - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) memberi penegasan tajam kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tentang perlunya saling menghormati dan menghargai nilai-nilai inti masing-masing.
Demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan saat mengungkap secara lengkap isi pembicaraan MBS dengan Biden.
Seperti dilaporkan Arab News, Minggu (17/7/2022), Pangeran Farhan menanggapi pertanyaan dari Arab News pada konferensi pers di Jeddah tentang percakapan antara Biden dan putra mahkota.
Biden menggambarkan pembunuhan jurnalis dan penulis Saudi, Jamal Khashoggi, sebagai hal yang menjijikkan.
Menurut Pangeran Farhan, MBS menanggapi pernyataan Biden tentang urusan Khashoggi dengan cukup tegas, dengan mengatakan bahwa “kejahatan ini, meskipun disayangkan dan menjijikkan, adalah sesuatu yang dianggap sangat serius oleh Kerajaan (Arab Saudi), dan ditindaklanjuti dengan cara yang sepadan dengan tindakannya berangkat dari posisi sebagai negara yang bertanggung jawab.”
Pangeran Farhan menambahkan, putra mahkota memberi tahu Biden bahwa “kesalahan ini terjadi di negara mana pun, termasuk AS.”
Menurut Pangeran Farhan, MBS menunjukkan bahwa AS membuat kesalahannya sendiri “dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab dan mengatasi kesalahan tersebut. Kerajaan berperilaku sebagai negara yang bertanggung jawab dan mengambil tindakan yang diperlukan.”
Putra mahkota merujuk pada perbuatan AS dan pelanggaran hak asasi manusia di penjara Abu Ghraib di Irak serta serangan pesawat tak berawak 2021 di Afghanistan yang memusnahkan seluruh keluarga.
Baca Juga: Balasan Menohok Putra Mahkota Arab Saudi ke Biden atas Jamal Khashoggi: AS Juga Buat Kesalahan HAM
Baca Juga: Tentang Pembunuhan Khashoggi, Arab Saudi Minta AS Tidak Paksakan Nilai-Nilai ke Negara Lain
Pangeran Farhan mengutip putra mahkota yang mengatakan, “kami sangat bangga dengan negara dan nilai-nilai kami. Dan jika AS hanya ingin berurusan dengan negara-negara yang persis seperti itu, daftar negaranya akan sangat, sangat pendek.”
Menurut Pangeran Farhan, Biden diberi tahu bahwa tantangan yang dihadapi masyarakat internasional menuntut kerja sama.
“Dan satu-satunya cara kita akan bekerja sama adalah jika kita saling menghormati, dan itu termasuk negara-negara yang menghormati nilai dan kedaulatan satu sama lain.”
Selama pengarahannya, Menlu Arab Saudi juga mengatakan pembicaraan antara negaranya dan Iran telah positif, tetapi tidak mencapai hasil.
Dia mengonfirmasi bahwa Arab Saudi mengulurkan tangan kepada Iran untuk mencapai hubungan yang kembali normal.
Pangeran Faisal mengatakan Kerajaan bekerja dengan serius untuk mencapai gencatan senjata yang komprehensif di Yaman, dan kelompok pemberontak Houthi harus memahami bahwa kepentingan Yaman terletak pada perdamaian dan stabilitas.
Dia menambahkan, senjata Iran adalah bagian dari alasan berlanjutnya konflik di Yaman, seraya menunjukkan bahwa dialog dan diplomasi adalah satu-satunya solusi untuk program nuklir Iran.
Pangeran Farhan mengatakan tidak ada kerja sama militer atau teknis dengan Israel yang diusulkan atau dibahas, sambil menegaskan tidak ada yang namanya "NATO Arab."
Pangeran Faisal juga menegaskan tidak ada diskusi tentang "aliansi defensif" dengan Israel.
Baca Juga: Biden ke Riyadh, AS dan Arab Saudi Langsung Teken 18 Deal Kerja Sama
Dia menyinggung keputusan untuk membuka wilayah udara Arab Saudi untuk penerbangan sipil, menekankan itu bukanlah menunjukkan pendahuluan untuk keputusan selanjutnya.
Dia mengatakan KTT Arab di Jeddah berfokus pada kemitraan dengan AS, karena tetap menjadi mitra strategis utama Kerajaan, menekankan kemitraan itu sudah lama dan berkelanjutan dan perjanjian yang ditandatangani tidak terjadi dalam semalam.
Pangeran Farhan mengatakan bahwa KTT tidak membahas masalah produksi minyak. Namun ia menambahkan, OPEC + melanjutkan pekerjaannya untuk menilai pasar dan apa yang mereka butuhkan.
Dia mengulangi pernyataan sebelumnya dari putra mahkota Arab Saudi yang mengatakan bahwa kapasitas produksi maksimum Kerajaan Arab Saudi mencapai 13 juta barel.
Mengenai krisis pangan global akibat perang di Ukraina, Menlu Arab Saudi mengatakan bahwa pekerjaan sedang dilakukan untuk meningkatkan koordinasi antara negara-negara Arab untuk memastikan ketahanan pangan.
Pada pembukaan KTT pada Sabtu (16/7/2022) sore, MBS mengatakan bahwa KTT Jeddah diadakan pada saat dunia sedang menyaksikan tantangan besar, menekankan bahwa ekonomi global terkait dengan stabilitas harga energi.
Presiden AS meninggalkan Jeddah setelah kunjungan dua hari ke Arab Saudi.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Arab News