> >

Jika Ukraina Ingin Menang Perang Lawan Rusia, Pengamat: Kuncinya Sabar

Krisis rusia ukraina | 13 Juli 2022, 20:11 WIB
Ilustrasi. Seorang perempuan mengibarkan bendera Ukraina dan menenteng AK-47 di atas bangkai tank Rusia di Kiev, 10 Juni 2022. (Sumber: Natacha Pisarenko/Associated Press)

LONDON, KOMPAS.TV - Perang Rusia-Ukraina masih berkobar 140 hari usai Moskow meluncurkan invasi besar-besaran pada 24 Februari 2022. Rusia, yang memfokuskan serangan ke kawasan timur, terus menekan pasukan Ukraina di front Donbass.

Kiev butuh serangan balik besar untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang diduduki Rusia. Namun, agar berhasil, menurut redaktur pertahanan dan keamanan The Guardian, Dan Sabbagh kuncinya adalah kesabaran mempersiapkan serangan balik.

Ukraina telah berencana mengumpulkan pasukan berkekuatan “sejuta tentara” untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov pada akhir pekan lalu.

Reznikov menambahkan, pasukan Ukraina bisa menggunakan roket artileri jarak jauh kiriman Amerika Serikat untuk membuat perbedaan di front. Kebermanfaatan ini membuat AS dan sekutu diminta untuk meningkatkan pasokan senjata berat.

Akan tetapi, walaupun kiriman senjata Barat menimbulkan perubahan, Kiev diyakini belum kapabel untuk meluncurkan serangan balik yang efektif. Sabbagh menuliskan bahwa, untuk membalikkan keadaan, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Baca Juga: Zelenskyy Sebut Rusia Sudah Kalah di Ukraina, tetapi Tak Punya Nyali untuk Mengakuinya

Gagasan kontra-ofensif telah menjadi pembicaraan sejak lama. Peneliti dari lembaga wadah pemikir Chatham House, Orysia Lutsevych menyebut rencana serangan balik “sangat populer di Ukraina.”

Kiev pun wajib meyakinkan mitra negara-negara Barat untuk mempertahankan aliran bantuan. Militer Ukraina harus membuktikan bahwa mereka punya kesempatan realistis untuk mendepak Rusia.

Harus sabar menghimpun pasukan

Sabbagh menyebut Ukraina bisa menghimpun pasukan yang kira-kira terdiri dari 700.000 serdadu dan 300.000 paramiliter. Namun, jika berhasil mengumpulkan personel sebanyak itu, kualitas pasukan menjadi masalah utama.

Ketika Rusia menginvasi Ukraina, International Institute for Strategic Studies (IISS) memperkirakan bahwa Kiev punya angkatan bersenjata berkekuatan 125.000 tentara ditambah 100.000 garda nasional dan penjaga perbatasan.

Pertempuran Donbass yang berlangsung selama tiga bulan telah merugikan Ukraina dengan banyaknya korban. Pasalnya, tak seperti tahap awal invasi yang menyasar ibu kota Kiev, kali ini Rusia beralih ke taktik bombardir artileri.

Berbagai kalangan menyampaikan estimasi korban pasukan Ukraina di front Donbass. Terkini, seorang sumber militer Ukraina yang berbicara ke pakar di lembaga wadah pemikir RUSI menyebut jumlah serdadu tewas di Donbass rata-rata adalah 100 per hari.

Selain itu, korban luka diperkirakan ada di angka 300 atau 400 per hari. Pasukan Ukraina pun diperkirakan kehilangan 15.000 tentara per bulan atau sekitar 35.000 hingga 45.000 selama pertempuran Donbass.

Ditambah lagi, sekitar 7.200 serdadu Ukraina dilaporkan menghilang sejak awal invasi. Angka itu adalah hasil estimasi Kiev per Senin (11/7).

Baca Juga: Brutalnya Hujan Artileri Rusia di Donbass: Kesaksian dari Penyintas Ukraina di Garis Depan

Selain kalah besar secara kuantitas, kerugian Ukraina semakin telak jika mengingat pasukannya di front Donbass adalah yang paling berpengalaman.

Kebutuhan untuk meningkatkan pasukan tempur baik secara kuantitas atau kualitas disadari sepenuhnya oleh Kiev dan Barat.

Salah satu negara NATO, Inggris Raya telah melatih bakal serdadu Ukraina belakangan ini. London dilaporkan melatih 600 orang di berbagai wilayah Inggris Raya beberapa pekan belakangan.

Inggris Raya sendiri disebut punya kapasitas untuk melatih 2.400 calon tentara Ukraina dalam sekali waktu dan 10.000 orang setiap 120 hari. Namun, terlaksananya pelatihan itu tergantung apakah London akan melanjutkan komitmen Boris Johnson yang lengeser pada pekan lalu.

Sebagian rekrutan baru Ukraina, berusia antara 18-60 tahun, adalah orang-orang yang belum pernah menembakkan senjata. Pasukan yang dibentuk dari program pelatihan ini adalah unit-unit yang dilatih dari awal sekali.

Baca Juga: Ribuan Tentara Ukraina Dilatih di Tempat Rahasia di Inggris, Demi Hindari Serangan Udara Rusia

Meksipun demikian, para rekrutan baru disebut mencapai kemajuan berarti. Seorang instruktur dari militer Inggris Raya menyebut para rekrutan baru menunjukkan kemajuan dalam hal akurasi tembakan senapan; dari 50% tepat sasaran menjadi 80%.

Program pelatihan besar-besaran seperti demikian penting bagi Ukraina untuk mempertahankan diri. Namun, untuk meluncurkan serangan balik efektif, banyak hal lain yang diperlukan.

Sabbagh menyoroti tiga hal bagi Ukraina untuk meluncurkan serangan balik, yakni penggunaan kombinasi persenjataan yang strategis, kemampuan mengonsentrasikan pasukan di medan dengan perbandingan setidaknya tiga banding satu atau leboh besar (Rusia diyakini memenangi pertempuran dengan kekuatan tujuh banding satu di Donbass), serta bantuan senjata canggih dari Barat.

Bantuan senjata berat, seperti roket artileri AS, penting bagi rencana serangan balik Ukraina. Kemampuan menyerang target lebih jauh di belakang garis musuh akan mengurangi kemampuan Rusia meneruskan serangan yang mengikis kekuatan lawan di Donbass.

Unit peluncur roket HIMARS yang diproduksi Lockheed Martin digunakan dalam latihan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) di Washington, 23 Mei 2011. Washington telah mengirimkan 12 unit HIMARS ke Ukraina. Roket artileri ini disebut mampu membuat perbedaan di front Donbass. (Sumber: Tony Overman/The Olympian via AP)

Selain itu, kondisi medan tempur sekarang akan menjadi indikator kunci apakah Kiev mampu bertahan sembari menghimpun pasukan. Ukraina akan berupaya menghentikan serangan Rusia ke kota Slovyansk dan Kramatorsk, dua kota penting di Donetsk yang belum dikuasai Moskow.

Rusia sendiri mengincar seluruh wilayah Donetsk usai merebut Luhansk per awal Juli lalu. Donetsk dan Luhansk adalah dua provinsi yang membentuk kawasan Donbass di timur Ukraina.

Ben Barry, pakar pertempuran darat di ISS, menyatakan bahwa, bagi Ukraina, pertaruhannya kini adalah sebisa mungkin menahan serangan Rusia di Donbass sembari mempersiapkan serangan balik dengan sabar.

“Apabila serangan Rusia di Donbass mencapai klimaksnya, tekanan kepada Ukraina akan semakin besar untuk meluncurkan suatu operasi serangan balik utama,” kata Barry.

“Namun, lebih lama mereka bersiap, untuk menggelar latihan dan menumpuk sumber daya, kesempatan berhasilnya akan lebih besar,” lanjutnya.

Di lain sisi, kegagalan serangan balik dapat menjadi bencana politik bagi Kiev yang semakin menguntungkan posisi Rusia.

Baca Juga: Detik-detik Ukraina Tembak Jatuh Rudal Rusia di Udara, Perang Dua Negara Masih Panas

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto

Sumber : The Guardian


TERBARU