Walau Terancam Sikap Militer China, PM Jepang Sebut Dialog dengan Beijing adalah Kunci Stabilitas
Kompas dunia | 22 Juni 2022, 19:15 WIBTOKYO, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida menegaskan bahwa pihaknya tetap menghendaki dialog dengan China di tengah memanasnya tensi dan sengketa wilayah dengan Beijing. Pemimpin Partai Liberal Demokrat (LDP) itu menyebut dialog dengan para pemimpin China adalah kunci stabilitas kawasan dan internasional.
Hal tersebut disampaikan Kishida dalam debat antar-petinggi partai politik Jepang di Tokyo, Selasa (21/6/2022), jelang pemilihan parlemen pada 10 Juli mendatang.
“Penting untuk menjaga hubungan stabil dan konstruktif (antara Jepang dan China),” kata Kishida dikutip Associated Press.
Akan tetapi, ketika ditanya kans pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden China Xi Jinping saat kedua negara memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik, Kishida belum bisa menjawab. Ia sebatas menyampaikan harapan untuk mewujudkan dialog “dalam bentuk konkret.”
Baca Juga: Jepang-Australia Perkuat Kerja Sama Pertahanan di Indo-Pasifik, Bendung Pengaruh China?
Selama ini, Tokyo menganggap sikap militer China yang kian asertif di Laut China Selatan dan Laut China Timur mengancam stabilitas.
Jepang khawatir dengan aktivitas militer dan penjaga pantai China di sekitar Kepulauan Senkaku yang dipersengketakan kedua negara.
Tokyo pun mengaku telah melayangkan protes kepada Beijing atas pembangunan rig pengeboran minyak China di kawasan Laut China Timur yang dipersengketakan.
Di lain sisi, Kishida juga membahas hubungan Jepang dengan Korea Selatan yang masih dibayangi imperialisme Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia Kedua. Ia menyebut dialog dengan Seoul penting, mengingat kondisi keamanan yang memburuk di kawasan Indo-Pasifik.
Politikus 64 tahun itu menegaskan bahwa hubungan bilateral yang stabil dengan Korea Selatan penting untuk membereskan perselisihan Tokyo-Seoul. Salah satu perselisihan itu menyoal keputusan pengadilan Seoul yang memerintahkan kompensasi kepada pekerja Korea di pabrik-pabrik Jepang pada masa perang.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press