Victoria's Secret Bayarkan Rp120 Miliar Pesangon bagi Korban PHK Pabrik Garmen Thailand
Kompas dunia | 29 Mei 2022, 02:05 WIBBANGKOK, KOMPAS.TV - Perusahaan pakaian dalam terkemuka dunia, Victoria's Secret membayarkan pesangon sekitar 1.250 pekerja pabrik garmen Thailand pemasok mereka senilai Rp120 miliar, kata aktivis hak-hak buruh seperti dilaporkan Straits Times, Sabtu (28/5/2022).
Pabrik pemasok Thailand tersebut, Brilliant Alliance Thai, menutup pabrik Samut Prakan pada Maret tahun 2021 setelah mengalami kebangkrutan.
Tetapi 1.250 pekerja yang diberhentikan, banyak dari mereka bekerja di pabrik itu selama lebih dari satu dekade, tidak menerima pesangon yang diamanatkan di bawah undang-undang Thailand.
Pabrik tersebut juga memproduksi pakaian dalam untuk merek Amerika ukuran plus Lane Bryant dan Torrid, yang dimiliki oleh Sycamore Partners - tetapi hanya Victoria's Secret yang berkontribusi pada penyelesaian melalui perjanjian pinjaman dengan pemilik pabrik.
Victoria's Secret mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa kesepakatan telah dicapai, tetapi tidak menyebutkan jumlah dan nilai kesepakatan.
"Selama beberapa bulan kami berkomunikasi aktif dengan pemilik pabrik untuk memfasilitasi penyelesaian," kata perusahaan pemilik Victoria's Secret.
Baca Juga: Ubah Standar Cantik Perempuan, Victoria’s Secret Gandeng Megan Rapinoe dan Priyanka Chopra
"Kami menyesal mereka pada akhirnya tidak dalam posisi untuk menyelesaikan masalah ini sendiri sehingga untuk memastikan para pekerja menerima jumlah pesangon penuh mereka, Victoria's Secret setuju untuk memberikan uang pesangon kepada pemilik pabrik," tambahnya.
Perjanjian tersebut merupakan penyelesaian pencurian upah terbesar yang pernah ada di sebuah pabrik garmen individu, kata kelompok hak pekerja internasional Solidarity Center.
"Saya pikir ini sangat belum pernah terjadi sebelumnya dan mewakili sebuah model (penyelesaian) baru, skala pesangon dan bunga yang dibayarkan padanya ... serta keterlibatan langsung oleh pemegang merek," kata direktur negara Solidarity Center Thailand David Welsh seperti dikutip Straits Times.
"Ini menghilangkan fiksi bahwa merek multinasional hanyalah investor pasif," katanya.
"Kami ingin lebih banyak merek melakukan hal yang sama karena sayangnya ini bukan yang terakhir dari jenis (kasus)-nya, akan ada lebih banyak lagi kasus."
Selama setahun terakhir, para pekerja yang dipecat dan perwakilan serikat pekerja Thailand memprotes di luar Gedung Pemerintah di Bangkok untuk meminta bayaran mereka.
Baca Juga: Wow, Pria Ini Putuskan Ganti Kelamin demi Bisa Pensiun dan Dapat Pesangon Setahun Lebih Cepat
Prasit Prasopsuk, Presiden Konfederasi Buruh Industri Thailand mengatakan, beberapa pekerja yang memprotes telah didakwa dengan pelanggaran pidana, termasuk melanggar aturan berkumpul di tempat umum selama pandemi.
Sebuah laporan Konsorsium Hak Pekerja dari April tahun lalu mengatakan telah mendokumentasikan kasus pencurian upah serupa di 31 pabrik garmen di sembilan negara.
Direktur eksekutif Konsorsium Hak Pekerja Scott Nova mengatakan kasus-kasus itu hanyalah "puncak gunung es" dan masalah pencurian upah di industri garmen meledak selama pandemi karena pesanan pakaian menurun.
Dia memperkirakan pekerja garmen di seluruh dunia memiliki piutang sebesar 500 juta dollar sebagai akibat dari penutupan pabrik dan pesangon yang belum dibayar kepada pekerja.
Beberapa pekerja di pabrik Samut Prakan menerima pesangon yang setara upah empat tahun pada minggu lalu, katanya.
"Ini seperti tabungan hidup seorang pekerja ... dan itu dicuri. Kehilangan itu dan mendapatkannya kembali, sungguh sulit untuk digambarkan dengan kata-kata," kata Nova.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times