Putin Jadi Sasaran Kemarahan Ibu di Rusia, Dua Putranya yang Ikut Wajib Militer Dikirim ke Ukraina
Krisis rusia ukraina | 27 Mei 2022, 11:18 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Seorang ibu di Rusia bernama Marina, bukan nama sebenarnya, marah atas apa yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengirim putranya berperang ke Ukraina.
Dua putra Marina merupakan peserta wajib militer Rusia pada musim dingin lalu.
Marina ketika itu menyambut baik anaknya mengikuti wajib militer karena menganggapnya sebagai tugas negara.
Namun, beberapa pekan kemudian, ia mulai khawatir, mengingat anaknya ditugaskan di area yang berbatasan dengan Ukraina.
Baca Juga: Sekutu Putin, Ramzan Kadyrov Buat Pesan Menyeramkan: Ukraina Selesai, Tertarik dengan Polandia
Pada saat Putin memerintahkan penyerangan Ukraina, Marina pun kehilangan kontak dengan kedua putranya.
“Waktu berhenti untuk saya. Saya tak bisa makan, tak bisa tidur. Saya bertukar pesan dengan ibu dari peserta wajib militer lainnya di unit yang sama,” katanya dilansir dari BBC.
“Ternyata banyak dari mereka kehilangan kontak dengan putra mereka juga,” tambah Marina.
Pemerintah Rusia sebelumnya berjanji peserta wajib militer Rusia tak akan dikirim ke Ukraina.
Setelah terus mencari tahu keberadaan putranya, Marina pun akhirnya mengetahui di mana kedua putranya berada.
Seseorang di unit militer putranya mengakui bahwa mereka telah dikirim ke Ukraina.
Ia mengatakan, orang itu mengungkapkan bahwa kedua putranya telah menandatangani kontrak untuk menjadi prajurit profesional.
Sumber tersebut mengatakan mereka telah ambil bagian pada operasi militer khusus (di Ukraina).
Sumber itu juga menjanjikan kedua anak Marina akan kembali ke Rusia sebagai pahlawan.
“Apa yang Anda katakan? Mereka tak memiliki rencana menandatangani kontrak,” respons Marina ke sumber tersebut.
“Mereka baru tiga bulan di ketentaraan. Mereka hanya sekali memegang senjata. Mereka hanya sekali menembak di lapangan tembak. Kebanyakan mereka hanya menggali salju,” tambahnya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : BBC