Pemimpin Dunia Termasuk Jokowi Berdatangan ke Abu Dhabi Melayat Mendiang Presiden Uni Emirat Arab
Kompas dunia | 15 Mei 2022, 21:25 WIBDUBAI, KOMPAS.TV - Sederet pemimpin dunia, termasuk Presiden Joko Widodo, berdatangan ke Uni Emirat Arab pada hari Minggu (15/5/2022) untuk menemui Emir Abu Dhabi dan Presiden UEA Sheik Mohamed bin Zayed Al Nahyan. Kedatangan mereka untuk memberikan penghormatan kepada mendiang penguasa Uni Emirat Arab, almarhum Sheik Khalifa bin Zayed Al Nahyan, yang berpulang.
Kedatangan jajaran pemimpin dunia tanpa terjadwal itu dipandang sebuah tanda nyata pengaruh Abu Dhabi di ibu kota Asia, Barat dan Arab.
Dilaporkan Associated Press, pemimpin Barat pertama yang terbang ke emirat yang kaya minyak itu adalah Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Macron bertemu dengan Sheikh Mohammed untuk memberikan penghormatan kepada almarhum Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan.
Sementara Presiden RI Joko Widodo singgah di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), pada Minggu (15/5/2022) sore. Jokowi bertemu Sheik Mohamed bin Zayed Al Nahyan menyampaikan duka cita atas wafatnya Sheikh Khalifa.
Singgahnya Presiden Jokowi di Uni Emirat Arab itu dilakukan setelah lima hari kunjungannya ke Amerika Serikat dalam perjalanan pulang ke Jakarta.
"Presiden dan rombongan yang akan singgah di Bandar Udara Internasional Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada Minggu sore, 15 Mei 2022 waktu setempat," demikian dikutip dari keterangan tertulis BPMI Setpres, Minggu (15/5/2022).
Jokowi singgah untuk menyampaikan duka cita kepada pemerintah, masyarakat, dan keluarga atas wafatnya Yang Mulia Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan pada Jumat, 13 Mei 2022 yang lalu.
Baca Juga: Mohammed bin Zayed Resmi Jadi Presiden Uni Emirat Arab
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson diperkirakan tiba Minggu malam untuk menyampaikan belasungkawa, bersama dengan para pemimpin lainnya termasuk Presiden Israel setelah kedua negara membuka hubungan formal pada 2020.
Delegasi Amerika yang dipimpin oleh Wakil Presiden Kamala Harris akan mengunjungi UEA hari Senin. Kunjungan ini juga dipandang sebagai upaya meredakan ketegangan dan menunjukkan dukungan, karena hubungan antara kedua negara tegang di bawah Presiden Joe Biden.
“Dia dihormati oleh semua orang atas nilai-nilai perdamaian, keterbukaan, dan dialog yang dia wujudkan,” tulis Macron di Twitter tentang Sheikh Khalifa, mengungkapkan “dukungan penuh” untuk kenaikan saudara tirinya Sheikh Mohammed setelah para penguasa di federasi dengan suara bulat menunjuk dia sebagai presiden.
Sebagai putra mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed menjabat sebagai pemimpin de facto negara itu sejak Sheikh Khalifa menderita stroke tahun 2014.
Sheikh Mohamed dipandang berhasil mengubah UEA yang kecil, berpenduduk 10 juta, menjadi salah satu negara paling berpengaruh di dunia Arab.
Dengan petrodolar Abu Dhabi dan militer yang substansial bersama dengan perusahaan-perusahaan besar dan hotel-hotel mewah Dubai, UEA memiliki kekuatan besar di Timur Tengah dan Afrika.
Bahkan ketika negara itu terjerat dalam konflik berdarah selama bertahun-tahun di Yaman dan perang proksi yang kacau di Libya, negara itu memosisikan dirinya sebagai mitra yang cerdas dan dapat diandalkan di ibu kota Barat.
Baca Juga: Pulang dari Amerika, Presiden Jokowi Dijadwalkan Singgah di UEA untuk Ucapkan Duka Cita
Paris dan Abu Dhabi semakin kompak beberapa tahun terakhir, berbagi ketidakpercayaan yang mendalam terhadap gerakan-gerakan Islam seperti Ikhwanul Muslimin di seluruh wilayah, termasuk di Turki dan Libya.
Prancis membuka pangkalan angkatan laut besar di luar negeri di Abu Dhabi. Pesawat tempur dan personel Prancis juga ditempatkan di fasilitas di luar ibu kota Emirat. Kedua pemerintah bersama-sama membangun cabang museum Louvre yang berkilauan di emirat.
Selama kunjungan Macron ke Dubai Desember lalu, Prancis memperoleh pesanan terbesarnya jet tempur Rafale dari UEA. Kesepakatan senilai USD18 miliar itu datang ketika rencana penjualan jet tempur F-35 AS ke UEA terhenti sebagian karena kekhawatiran AS tentang hubungan UEA dengan China.
Kebijakan luar negeri Sheikh Mohammed yang tegas di dunia Arab terlihat jelas ketika para pemimpin sekutu bergegas ke ibu kota Abu Dhabi untuk mengungkapkan kesedihan atas wafatnya Sheikh Khalifa dan memberi selamat kepada Sheikh Mohammed atas kenaikan resminya ke tampuk kekuasaan.
Di antara yang datang pertama adalah Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi, seorang jenderal yang mendapat dukungan Arab menggulingkan pemerintah Islam terpilih yang terkontaminasi Ikhwanul Muslimin tetapi memecah belah pada 2013.
Presiden Tunisia yang didukung Uni Emirat Arab, Kais Saied, yang kini memiliki kekuasaan hampir absolut di negara itu sejak memecat perdana menteri tahun lalu, juga terbang untuk memberikan penghormatan, bersama dengan Raja Yordania Abdullah II dan presiden serta perdana menteri Irak.
Baca Juga: Presiden Sheikh Khalifa Bin Zayed Al Nahyan Meninggal Dunia, UEA Umumkan 40 Hari Berkabung
Abdel-Fattah Burhan dari Sudan, jenderal yang memimpin kudeta di negara strategis Afrika timur tahun lalu, sering mengunjungi pendukung utamanya, Sheikh Mohammed.
Burhan memposting rekaman di media sosial saat dirinya bergegas menaiki pesawat untuk berangkat ke Abu Dhabi menghormati mendiang Sheik Khalifa bin Zayed Al Nahyan.
Kesepakatan UEA baru-baru ini untuk menormalkan hubungan dengan Israel, yang lahir dari permusuhan timbal balik dengan Iran, juga merupakan indikasi kebijakan luar negeri Sheikh Mohammed yang diam-diam tegas.
Sebelum Presiden Israel Isaac Herzog berangkat ke Abu Dhabi, ia mengucapkan kata-kata terima kasih kepada para pemimpin Uni Emirat Arab.
“Kemitraan antara negara kami adalah aset bagi kami dan untuk seluruh kawasan, telah dibangun dan masih dibangun oleh para pemimpin yang berani dan inovatif,” katanya.
Sementara itu, Mohammed bin Salman, putra mahkota Arab Saudi yang memiliki hubungan dekat dengan Sheikh Mohammed, menyampaikan belasungkawa melalui telepon.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV/Associated Press