Rusia Tuntut Permintaan Maaf Resmi dari Polandia usai Dubesnya Diserang Secara Fisik di Warsawa
Krisis rusia ukraina | 12 Mei 2022, 05:38 WIBWARSAWA, KOMPAS.TV - Rusia hari Rabu (11/5/2022) menuntut permintaan maaf resmi dari Polandia dan mengancam kemungkinan tindakan balasan di masa depan atas protes, di mana duta besar Moskow untuk Warsawa diserang secara fisik dan disiram dengan cat merah, seperti laporan Straits Times, Kamis, (12/5/2022).
Duta Besar Rusia untuk Polandia, Sergey Andreev, mendapati cacian dari orang-orang yang memprotes intervensi Rusia di Ukraina saat ia pergi untuk meletakkan bunga di Pemakaman Militer Soviet di Warsawa hari Senin, yang memicu reaksi murka dari Moskow.
Kementerian luar negeri Rusia memanggil Duta Besar Polandia Krzysztof Krajewski untuk menerima nota protesnya.
"Rusia mengharapkan permintaan maaf resmi dari kepemimpinan Polandia sehubungan dengan insiden itu dan menuntut keselamatan duta besar Rusia dan semua staf lembaga asing Rusia di Polandia," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Keputusan tentang langkah lebih lanjut akan diambil tergantung pada reaksi Warsawa terhadap tuntutan kami."
Hari Rabu sore, cat merah berceceran di pintu masuk Kedutaan Besar Polandia di Moskow, kata juru bicara kementerian luar negeri Polandia.
Baca Juga: Polandia Sesalkan Serangan Fisik terhadap Duta Besar Rusia, Moskow Tuntut Warsawa Usut Tuntas
Menteri Luar Negeri Polandia Zbigniew Rau mengklaim pihak berwenang telah memperingatkan Andreev atas kemungkinan penghadangan menghadiri taman pemakaman tentara Soviet hari Senin, berisiko memprovokasi sebuah insiden, menurut kantor berita PAP yang dikelola pemerintah.
"Namun, apa yang terjadi sama sekali tidak mengubah posisi kami bahwa perwakilan diplomatik negara asing berhak atas perlindungan ... tidak peduli seberapa besar kami merasa perlu untuk tidak setuju dengan kebijakan pemerintah yang diwakili oleh diplomat itu," kata Rau.
Hubungan antara Rusia dan Barat menjadi tegang sejak Moskow mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata negara dan melindunginya dari "fasis".
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Straits Times