Virus Ditemukan Dalam Jantung Babi yang Ditransplantasi untuk Manusia
Kompas dunia | 6 Mei 2022, 07:05 WIBMARYLAND, KOMPAS.TV – Masih ingat dengan pasien pertama yang meninggal setelah menerima transplantasi jantung babi? Kini peneliti memperlajari penyebab kematiannya dan menemukan bahwa ada virus di dalam jantung babi tersebut. Namun belum diketahui apakah virus ini yang menyebabkan kematiannya.
Seorang pria asal Maryland, Amerika Serikat (AS), bernama David Bennett Sr. 57 tahun, meninggal pada bulan Maret lalu. Dia meninggal dua bulan setelah menerima transpantasi jantung babi. Para dokter Universitas Maryland mengatakan pada hari Kamis (5/5/2022) bahwa mereka menemukan kejutan yang tidak diinginkan, yaitu terdapat DNA virus di dalam jantung babi.
Namun demikian, Mereka tidak menemukan tanda-tanda bahwa kuman yang bernama porcine cytomegalovirus ini telah menimbulkan infeksi aktif.
Baca Juga: Pasien Transplantasi Jantung Babi Akhirnya Meninggal, Hanya 2 Bulan dari Operasi
Tetapi kekhawatiran utama dari transplantasi organ hewan ke manusia adalah risiko jenis infeksi baru pada manusia. Karena beberapa virus bersifat “laten”, artinya mereka mengintai tanpa menyebabkan penyakit. “Virus itu bisa menjadi penyelundup,” kata Dr. Bartley Griffith, ahli bedah yang melakukan transplantasi jantung kepada Bennett, seperti dikutip dari The Associated Press.
“Namun, pengembangan sedang dilakukan untuk pengujian yang lebih canggih untuk memastikan bahwa kita tidak melewatkan jenis virus ini,” kata Dr. Muhammad Mohiuddin, direktur ilmiah program xenotransplantasi universitas tersebut.
Selama beberapa dekade, dokter telah mencoba menggunakan organ hewan untuk menyelamatkan nyawa manusia. Namun sayang, percobaan itu selalu gagal. Bennett, sebelumnya sekarat dan tidak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung manusia. Ia akhirnya menjalani pilihan terakhir, yaitu operasi menggunakan jantung dari babi yang dimodifikasi secara genetik untuk menurunkan risiko bahwa sistem kekebalannya akan menolak organ asing tersebut.
Tim Maryland mengatakan babi donor itu sehat dan telah lulus pengujian yang dipersyaratkan oleh Food and Drug Administration untuk memeriksa infeksi. Babi itu juga dibesarkan di fasilitas yang dirancang untuk mencegah hewan menyebarkan infeksi.
Baca Juga: Soal Cangkok Jantung Babi ke Manusia, BRIN Sebut Perlu Dikaji Secara Etik
Griffith mengatakan pasiennya, sempat pulih dengan cukup setelah menjalani transplantasi jantung. Namun pada suatu pagi, dia bangun dengan kondisi buruk dan memiliki gejala seperti terkena infeksi. Dokter melakukan banyak tes untuk mencoba memahami penyebabnya, dan memberi Bennett berbagai antibiotik, obat antivirus, dan perawatan peningkat kekebalan. Tapi jantung babi itu menjadi bengkak, berisi cairan dan akhirnya berhenti berfungsi.
“Apa yang dilakukan virus, yang mungkin menyebabkan pembengkakan di hatinya?” Griffith bertanya. “Sejujurnya kami tidak tahu,” ujarnya.
Baca Juga: Pertama Kali di Dunia, Jantung Babi Dicangkokkan ke Manusia
Reaksinya juga tidak tampak seperti penolakan organ biasa, katanya, sambil mencatat bahwa penyelidikan masih berlangsung.
Sementara itu, para dokter di pusat kesehatan lain di seluruh AS telah bereksperimen dengan organ hewan dalam tubuh manusia yang disumbangkan dan ingin segera mencoba studi formal pada pasien yang masih hidup. Belum diketahui bagaimana virus babi akan mempengaruhi eksperimen itu.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press