Cadangan Devisa Hanya Tersisa Rp 719 Miliar, Sri Lanka Diambang Kebangkrutan
Kompas dunia | 5 Mei 2022, 06:17 WIBKOLOMBO, KOMPAS.TV — Perekonomian Sri Lanka berada di tubir jurang yang sangat dalam. Betapa tidak, cadangan mata uang asing yang dapat digunakan anjlok menjadi kurang dari 50 juta dolar atau sekitar Rp 719 miliar.
Hal itu dikatakan menteri keuangan negara itu, Ali Sabry, Rabu (4/5/2022), seperti dilaporkan Associated Press, Kamis (5/5/2022).
Menteri keuangan Sri Lanka Ali Sabry berbicara kepada Parlemen setelah kembali ke Sri Lanka dari pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional IMF.
Dia mengatakan, setiap program penyelamatan IMF, termasuk instrumen pembiayaan cepat yang diperlukan untuk segera mengatasi kekurangan barang-barang penting, akan bergantung pada negosiasi restrukturisasi utang dengan kreditur dan akan memakan waktu enam bulan untuk diterapkan.
Sri Lanka berada di ambang kebangkrutan dan menangguhkan pembayaran pinjaman luar negerinya.
Kesengsaraan ekonomi Sri Lanka membuat negara itu terjengkang ke dalam krisis politik, dimana pemerintah menghadapi protes dan mosi tidak percaya di Parlemen.
Negara ini harus membayar 7 miliar dolar AS angsuran pinjaman luar negeri tahun ini dari total 25 miliar dolar AS pinjaman luar negeri yang dijadwalkan untuk dibayar pada 2026.
“Risiko berat ada di depan kita semua,” kata Sabri.
Dia mengatakan, cadangan Sri Lanka mencapai 7,6 miliar dolar pada akhir 2019 dan turun menjadi 5,7 miliar dolar AS pada akhir 2020 karena pembayaran ke luar melebihi arus masuk mata uang asing di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Presiden Sri Lanka Setuju Copot Kakaknya dari Posisi Perdana Menteri sebagai Respons Krisis Ekonomi
Cadangan mata uang asing pemerintah Sri Lanka turun menjadi 3,1 miliar dolar AS pada akhir 2021, dan anjlok menjadi 1,9 miliar dolar AS pada akhir Maret, katanya.
Dengan pasokan mata uang asing yang terbatas berkat berkurangnya pariwisata dan pendapatan lainnya, cadangan resmi disadap untuk membayar impor kebutuhan pokok termasuk bahan bakar, gas, batu bara, dan obat-obatan mulai Agustus 2021.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/Associated Press