> >

Belanja Militer Dunia Melonjak di Tahun 2021, Rekor Tertinggi

Kompas dunia | 25 April 2022, 07:52 WIB
Tahun ini, 20 tank T-14 Armata terbaru akan tiba, kata Wamenhan Rusia Krivoruchko. Selain itu, 65 tank seri terbaru T-90M Proryv akan diserahkan kepada pasukan tahun ini, tambahnya. (Sumber: TASS)

 

STOCKHOLM, KOMPAS.TV – Belanja pertahanan dan militer global meningkat tahun 2021, mencetak rekor baru ketika Rusia terus meningkatkan militernya sebelum invasi ke Ukraina, kata para peneliti hari Senin, (25/4/2022) memprediksi tren tersebut akan berlanjut, khususnya di Eropa, seperti laporan France24, Senin.

Terlepas dari kejatuhan ekonomi akibat pandemi global Covid-19, negara-negara di seluruh dunia meningkatkan persenjataan mereka, dengan pengeluaran militer global meningkat sebesar 0,7 persen tahun lalu, menurut sebuah laporan oleh Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (Sipri).

“Pada tahun 2021 pengeluaran militer naik untuk ketujuh kalinya berturut-turut mencapai 2,1 triliun dollar AS. Itu adalah angka tertinggi yang pernah kita miliki,” kata Diego Lopes da Silva, peneliti senior di Sipri seperti dikutip France24.

Pengeluaran Rusia tumbuh sebesar 2,9 persen, tahun ketiga pertumbuhan berturut-turut, menjadi 65,9 miliar dollar AS.

Pengeluaran pertahanan menyumbang 4,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) Rusia, "jauh lebih tinggi dari rata-rata dunia", dan menjadikan Moskow pembelanja terbesar kelima di dunia, kata Lopes da Silva.

Pendapatan minyak dan gas yang tinggi membantu Rusia meningkatkan pengeluaran militer. Lopes da Silva mencatat Rusia mengalami peningkatan tajam dalam pengeluaran militer menjelang akhir tahun.

Baca Juga: Dapat Anggaran Pertahanan Besar, Prabowo: Jangan Sampai Ada Kebocoran

Jet tempur Rafale Prancis. Belanja pertahanan dan militer global meningkat tahun 2021, mencetak rekor baru ketika Rusia terus meningkatkan militernya sebelum invasi ke Ukraina, kata para peneliti hari Senin, (25/4/2022) memprediksi tren tersebut akan berlanjut, khususnya di Eropa(Sumber: Getty Images via BBC Indonesia)

"Itu terjadi saat Rusia mengumpulkan pasukan di sepanjang perbatasan Ukraina sebelum tentu saja serangan ke Ukraina pada Februari," kata peneliti tersebut.

Apakah Rusia akan mampu mempertahankan pengeluarannya sulit diprediksi, kata Lopes da Silva, karena gelombang sanksi yang dijatuhkan oleh Barat sebagai tanggapan atas agresi di Ukraina.

Tahun 2014, ketika Rusia mengintegrasikan Krimea, negara itu juga menjadi sasaran sanksi pada saat yang sama ketika harga energi turun, sehingga sulit untuk mengukur seberapa efektif sanksi itu sendiri.

"Sekarang ... kita memiliki sanksi yang lebih keras, itu pasti, tetapi kita memiliki harga energi yang lebih tinggi yang dapat membantu Rusia mempertahankan pengeluaran militer pada tingkat itu," kata Lopes da Silva.

Di sisi lain, belanja militer Ukraina meningkat sebesar 72 persen sejak aneksasi Krimea. Sementara pengeluaran menurun lebih dari delapan persen pada tahun 2021 menjadi 5,9 miliar dollar AS, itu masih menyumbang 3,2 persen dari PDB Ukraina.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/France24


TERBARU