Akibat Konflik Sektarian, Geng Bersenjata Serang Empat Desa dan Bunuh 100 Orang di Nigeria
Kompas dunia | 13 April 2022, 00:45 WIBABUJA, KOMPAS.TV - Sebuah geng bersenjata dilaporkan membunuh lebih dari 100 orang di empat desa di wilayah rural utara Nigeria, belakangan ini. Hal tersebut disampaikan penyintas serangan dan otoritas setempat pada Selasa (12/4/2022).
Serangan dilaporkan terjadi di daerah Kanam, negara bagian Plateau. Serangan ini merupakan insiden kekerasan terkini yang menjangkiti wilayah utara Nigeria akibat konflik sektarian.
Insiden kekerasan di utara Nigeria umumnya melibatkan komunitas muslim Fulani yang umumnya bekerja sebagai penggembala ternak dan komunitas Kristen dari Hausa dan kelompok etnis lain yang umumnya bekerja sebagai petani.
Awalnya, konflik memanas karena perebutan lahan dan sumber air. Konflik pun berkembang tak terkendali dan memperparah sektarianisme antara komunitas muslim dan Kristen di Nigeria.
Baca Juga: Geng Bersenjata Bunuh 200 Orang di Zamfara Nigeria, Bakar Desa dan Mutilasi Korban
Menurut keterangan salah seorang penyintas, Alpha Sambo, geng bersenjata menyerang pada Minggu (10/4) siang. Mereka menggeledah rumah dan menembaki warga.
“Orang yang dibunuh melebihi 100,” kata Sambo kepada Associated Press.
Saksi lain menyebut jumlah korban jiwa setidaknya 130 orang.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. Namun, penyintas menyebut penyerang adalah kelompok penggembala ternak.
Kata Sambo, para penyerang membawa AK-47 dan golok dan datang dengan puluhan sepeda motor. Setiap motor dibonceng tiga orang.
Nigeria sendiri masih kesulitan menangani masalah keamanan di utara negara itu. Kekerasan berbagai kelompok bersenjata, termasuk ekstremis Boko Haram, telah menewaskan ribuan orang.
Di utara, aparat keamanan Nigeria seringkali kalah jumlah dan kalah persenjataan oleh geng bersenjata atau kelompok ekstremis.
Baca Juga: Polisi Nigeria Selamatkan 21 Anak Sekolah dari Penculikan Geng Bersenjata
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press