Turki Jadi Mediator, Erdogan: Ukraina Tampaknya Sepakat atas 4 Isu Ini, tapi 2 Poin Masih Alot
Krisis rusia ukraina | 25 Maret 2022, 21:04 WIBANKARA, KOMPAS.TV - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan, Ukraina dan Rusia tampaknya mencapai 'kesepakatan' pada empat dari enam topik ketidaksepakatan yang dibahas selama perundingan antara kedua negara.
"Ada enam topik perundingan antara Rusia dan Ukraina, tampaknya ada kesepahaman di antara mereka tentang empat topik," kata Erdogan, dikutip dari Associated Press, Jumat (25/3/2022).
Dua dari empat topik itu, sebut Erdogan, adalah keinginan Ukraina menjadi anggota NATO dan penerimaan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi.
"Awalnya, Ukraina terpaku pada masalah ini, tetapi kemudian, Zelensky mulai menyatakan dia dapat menarik diri (dari keinginan Ukraina dalam) keanggotaan NATO. Masalah lainnya adalah penerimaan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi. Zelensky juga menerima poin tersebut. Bahasa Rusia adalah bahasa yang digunakan hampir di semua tempat di Ukraina. Tidak ada masalah pada saat ini juga," kata Erdogan.
Berbicara kepada wartawan sekembalinya dari KTT NATO Kamis malam, Erdogan juga menyebut dua poin kesepakatan lainnya. Kiev, kata Erdogan, juga dapat menerima konsesi tertentu mengenai pelucutan senjata dan 'keamanan kolektif'.
Tetapi, Erdogan menyebut bahwa Ukraina 'tidak begitu nyaman' terkait tuntutan Rusia di Krimea. Semenanjung itu dimasukkan ke dalam kedaulatan Federasi Rusia oleh Moskow pada 2014. Setali tiga uang dengan wilayah Donbas timur, yaitu Donetsk dan Lugansk, yang diakui Rusia sebagai negara merdeka.
Sebagai anggota NATO, Turki selama ini berusaha menyeimbangkan hubungannya dengan Ukraina dan Rusia, memosisikan diri sebagai mediator di antara keduanya. Turki telah menjadi tuan rumah pertemuan antara menteri luar negeri kedua negara awal bulan ini.
Baca Juga: Tegaskan Tak Akan Kirim Pasukan ke Ukraina, Sekjen NATO: Kami Bukan Bagian dari Konflik
Erdogan juga mengatakan, komentar Zelensky tentang perlunya referendum terkait kompromi dengan Rusia adalah "kepemimpinan yang cerdas."
Pada Senin (21/3), Zelensky mengatakan bahwa setiap perubahan konstitusi yang berkaitan dengan jaminan keamanan di negara itu perlu diputuskan melalui referendum dan bukan oleh dia sendiri.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press/CNN