Tak Mau Kalah dari Rusia dan China, Amerika Serikat Genjot Pengembangan Rudal Hipersonik
Krisis rusia ukraina | 20 Maret 2022, 20:15 WIBPORTLAND, KOMPAS.TV — Tak mau tertinggal di belakang Rusia di bidang senjata hipersonik, Angkatan Laut Amerika Serikat bergegas memasang rudal hipersonik pertama di kapal perang, paling cepat akhir tahun depan, seperti laporan Associated Press, Minggu (20/3/2022).
Amerika Serikat sedang berlomba dengan Rusia dan China untuk mengembangkan peluru kendali hipersonik, yang bergerak pada kecepatan hingga Mach 10, dengan jangkauan sejauh rudal balistik antarbenua namun sulit untuk ditembak jatuh karena kemampuan manuvernya.
Militer Rusia, Sabtu (19/3/2022), mengklaim menggunakannya untuk pertama kali saat menembak sasaran gudang senjata dan rudal di Ukraina. Amerika Serikat dilaporkan mengkonfirmasi penggunaan rudal hipersonik Rusia tersebut.
Terpicu, militer Amerika mempercepat pembangunan untuk mengejar ketertinggalan.
Senjata Amerika Serikat dilaporkan akan menggunakan model peluncur seperti rudal balistik yang akan melepaskan kendaraan luncur hipersonik (glide hypersonic vehicle) yang akan meluncur 7 hingga 8 kali lebih cepat daripada kecepatan suara, atau sekitar Mach 7 hingga Mach 8 sebelum mengenai sasaran.
Di Maine, anak perusahaan General Dynamics Bath Iron Works memulai pekerjaan rekayasa dan desain pada perubahan yang diperlukan untuk memasang sistem senjata pada tiga kapal perusak kelas Zumwalt.
Pekerjaan itu akan dimulai di galangan kapal yang belum diberi nama pada tahun fiskal yang dimulai Oktober 2023, kata Angkatan Laut Amerika Serikat.
Baca Juga: Rusia Kembali Gunakan Rudal Hipersonik, Hancurkan Barak Sukarelawan Asing dan Depot BBM Militer
Senjata hipersonik didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bergerak di atas kecepatan Mach 5, atau lima kali lebih cepat dari kecepatan suara. Itu sekitar 3.800 mil per jam atau setara 6.100 kilometer per jam.
Rudal balistik antarbenua jauh melebihi ambang batas itu, sekitar Mach 24, tetapi bergerak di jalur yang dapat diprediksi, sehingga memungkinkan untuk mencegat dan menembaknya jatuh.
Senjata baru rudal hipersonik, perbedaannya, dapat bermanuver lincah.
Sistem pertahanan rudal yang ada, termasuk sistem Aegis Angkatan Laut, akan mengalami kesulitan mencegat objek tersebut karena kemampuan manuver membuat gerakan mereka tidak dapat diprediksi, sementara kecepatan luncurnya menyisakan sedikit waktu untuk bereaksi.
Rusia mengatakan memiliki rudal balistik yang dapat digunakan sebagai kendaraan luncur hipersonik, selain itu mereka juga mengatakan punya rudal jelajah hipersonik (hypersonic cruise missile).
Amerika Serikat "berusaha keras untuk mengejar ketertinggalan" karena gagal berinvestasi dalam teknologi baru, dengan hanya secuil dari 10.000 orang yang mengerjakan program itu pada tahun 1980-an, kata Jim Cooper, seorang Demokrat Tennessee yang juta ketua dari subkomite yang memonitor program.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/Associated Press