Jerman Beli Jet Siluman F-35A Lightning II dari AS, Dipicu Invasi Rusia ke Ukraina
Kompas dunia | 15 Maret 2022, 05:18 WIBBERLIN, KOMPAS.TV - Jerman menyatakan akan membeli lebih dari 30 jet tempur siluman F-35A Lightning II buatan Amerika Serikat untuk mengganti jet pengebom Tornado yang sudah uzur, kata menteri pertahanan Jerman Christine Lambrecht, Senin, (15/3/2022) seperti laporan Associated Press.
Menteri Pertahanan Jerman itu juga mengumumkan keputusan pemerintahnya meningkatkan kemampuan jet tempur Eurofighter Typhoon agar mumpuni pada peperangan elektronik, yang saat ini dimainkan jet Tornado mereka.
Eurofighter Typhoon Jerman rencananya akan diganti FCAS atau Future Combat Air System tahun 2040, yang saat ini sedang dikembangkan bersama dengan Prancis dan Spanyol, kata Lambrecht.
Komandan Au Jerman Ingo Gerhartz mengatkan perang Rusia di Ukraina membuat Jerman perlu memilih F-35A buatan Lockheed Martin, setelah sebelumnya Jerman mempertimbangkan untuk menganti Tornado mereka dengan campuran berbagai jet tempur Amerika Serikat dan Eropa.
Gerhartz mengatakan, "Hanya ada satu jawaban atas agresi (Presiden Rusia Vladimir) Putin," kata Gerhartz. “Persatuan NATO dan pencegah yang kredibel. Ini secara khusus berarti tidak ada alternatif selain memilih F-35.”
Militer Jerman tidak memiliki senjata nuklirnya sendiri, tetapi sebagai bagian dari sistem pencegahan nuklir yang dikembangkan selama Perang Dingin, militer Jerman mempertahankan pembom yang mampu membawa bom atom AS, beberapa di antaranya ditempatkan di Jerman.
Baca Juga: Jerman Ambil Langkah Mengejutkan, Anggarkan 100 Miliar Euro untuk Pertahanan Tahun 2022
Oposisi Partai Kiri mengkritik keputusan untuk membeli hampir 30 F-35 untuk militer Jerman.
“Kami menolak mempersenjatai Bundeswehr dengan jet tempur baru berkemampuan nuklir,” kata Ali Al-Dailami, wakil juru bicara pertahanan partai tersebut.
Al-Dailami mengatakan, dia memperingatkan bahwa memperlengkapi pilot Jerman untuk menjatuhkan bom atom Amerika Serikat dapat "mendorong risiko perang nuklir di Eropa."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV / Associated Press