Perundingan Menlu Rusia dan Menlu Ukraina Tidak Menghasilkan Kesepakatan Signifikan
Krisis rusia ukraina | 10 Maret 2022, 19:35 WIBANTALYA, KOMPAS.TV - Pertemuan tingkat tinggi pertama Menlu Rusia dan Ukraina di Antalya Turki berakhir tanpa hasil yang signifikan, seperti dilaporkan Anadolu, Kamis (10/3/2022). Walau begitu, kedua menteri luar negeri sepakat format pertemuan dapat kembali digunakan di masa depan serta pertemuan keduanya bisa kembali digelar bila ada yang bisa dirundingkan.
Usai perundingan, Menlu Rusia Sergei Lavrov seperti dikutip RIA Novosti mengulangi kembali tuntutan Moskow yang tidak menginginkan militerisasi Ukraina, tetapi ingin melihat Ukraina yang ramah, tanpa pelarangan terhadap bahasa Rusia dan budaya Rusia.
"Rusia ingin Ukraina yang ramah, demiliterisasi, Ukraina yang tidak terancam menciptakan negara Nazi lain, Ukraina di mana tidak akan ada larangan bahasa Rusia, budaya Rusia, dan Gereja Ortodoks Rusia," kata Lavrov kepada wartawan asing seperti dilansir RIA Novosti.
"Kami tidak ingin militerisasi Ukraina, baik di NATO atau tanpa NATO, karena tanpa NATO, tetap saja sistem senjata mematikan bisa digelar di Ukraina yang membuat wilayah Rusia terus berada di bawah todongan senjata," kata Lavrov.
Lavrov juga menekankan, Rusia tetap menuntut netralitas Ukraina dari NATO atau blok mana pun dan siap menyediakan jaminan keamanan.
"Tentu saja, kami ingin Ukraina netral, Presiden Putin mengatakan berkali-kali tuntutan Rusia agar NATO tidak memperluas keanggotaan. Kami tidak ingin memaksakan keamanan pada rakyat Ukraina, pada negara Ukraina, dan kami siap membahas jaminan keamanan untuk negara Ukraina bersama dengan jaminan keamanan negara-negara Eropa dan, tentu saja, keamanan Rusia."
Baca Juga: Hari ini Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Menlu Ukraina Dmotry Kuleba akan Berunding di Turki
Seperti laporan CNN usai pertemuan kedua menteri luar negeri, Kuleba mengatakan dia mengajukan isu untuk membangun koridor kemanusiaan agar warga sipil dapat menyelamatkan diri dari kota Mariupol yang terkepung, "Tetapi sayangnya Menteri Lavrov tidak dalam posisi untuk merundingkan hal itu.”
Kuleba juga mengatakan gencatan senjata 24 jam diajukan untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan yang paling mendesak, tetapi dia mengatakan mereka tidak membuat kemajuan dalam masalah tersebut. "Karena tampaknya ada pembuat keputusan lain untuk masalah ini di Rusia.”
Namun Kuleba mengungkapkan mereka setuju melanjutkan upaya untuk mencari solusi untuk masalah kemanusiaan di lapangan, dan menambahkan dia siap untuk bertemu lagi dalam format ini jika ada prospek untuk diskusi substansial dan mencari solusi.
Sergei Lavrov usai perundingan mengatakan, mereka juga membahas kemungkinan pertemuan antara pemimpin Rusia Vladimir Putin dan Vladimir Zelenskyy, tetapi kontak semacam itu tidak boleh menjadi pertemuan hanya demi sebuah pertemuan belaka.
"Semua orang sangat menyadari Presiden Putin tidak pernah menolak kontak. Kami hanya ingin kontak ini diatur bukan untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi untuk memperbaiki beberapa kesepakatan tertentu," kata Lavrov.
"Hari ini, omong-omong, kami menyentuh topik ini. Saya mengingatkan dia (Kuleba), kami selalu mendukung pertemuan (Putin dan Zelenskyy) jika kami dapat mencapai beberapa nilai tambah dan dapat memecahkan masalah," kata Menlu Rusia.
Baca Juga: Hari ini Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Menlu Ukraina Dmotry Kuleba akan Berunding di Turki
Terkait isu PLTN di dalam Ukraina, Menlu Ukraina Dmitry Kuleba mengatakan pada pertemuan, Sergey Lavrov mengusulkan konsultasi tripartit dengan para ahli dari IAEA, Ukraina dan Rusia mengenai keamanan fasilitas nuklir Ukraina.
Kuleba mengatakan, seperti dilansir RIA Novosti, "Lavrov mengangkat topik keamanan nuklir. Dia berbicara mendukung diadakannya konsultasi trilateral antara pakar IAEA, ilmuwan nuklir Ukraina dan Rusia. Saya menjawabnya, sebelum kedatangan tentara Rusia di Ukraina, semuanya beres dengan fasilitas nuklir kami," kata Kuleba usai pertemuan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Anadolu / RIA Novosti / CNN