Mengenal SWIFT, Sistem Pembayaran Internasional yang Buat Rusia Kesulitan karena Diblokir
Krisis rusia ukraina | 3 Maret 2022, 11:11 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Salah satu sanksi yang dijatuhkan negara Barat kepada Rusia adalah pemblokiran dari sistem keuangan dunia Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).
Di antara negara yang menerapkan sanksi tersebut kepada Rusia adalah Jerman, Prancis, Italia, Inggris serta Kanada. Melansir dari Forbes, Kamis (3/3/2022), SWIFT adalah sistem yang menghubungkan lebih dari 9.000 lembaga sekuritas dan nasabah korporasi di 209 negara.
Dengan tergabung dalam SWIFT, bank bisa mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman. Lantaran saat ini transaksi keuangan banyak dilakukan antara negara bahkan antar benua.
Baca Juga: Kepala Vladimir Putin Dihargai Rp14 Miliar oleh Pengusaha Rusia, Menyebutnya Kewajiban Moral
Dari data 2021, ada 11.000 lembaga keuangan yang telah terhubung dengan SWIFT dan mengirimkan pesan transaksi sebanyak 42 juta pesan per hari.
SWIFT juga digunakan untuk pesan berbasis pembayaran sebesar 45 persen dari total lalu lintas SWIFT. Lalu, 49 persen lainnya digunakan untuk transaksi keamanan.
Sistem ini dibuat pada 1973 dengan kantor pusat di Belgia. Saat ini, SWIFT mampu mengurus transaksi lain seperti keamanan, perbendaharaan, perdagangan, dan transaksi sistem di seluruh dunia.
Baca Juga: Putin Bertemu Pengusaha Bahas Atasi Sanksi dari Barat, Mulai Rasakan Dampaknya?
Mengutip The Washington Post, SWIFT diibaratkan seperti "Gmail perbankan global,". Jika transaksi perbankan antar negara yang dilakukan tanpa SWIFT, maka akan jauh lebih mahal dan lebih lama.
Ternyata, dampak pemblokiran Rusia dari SWIFT juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Mantan menteri keuangan Rusia Alexei Kudrin memperkirakan, produk domestik bruto Rusia akan anjlok 5 persen dalam setahun tanpa SWIFT.
Pemblokiran dari SWIFT juga dinilai akan mengurangi keuntungan Rusia dari ekspor migas. Ekspor komoditas tersebut selama ini menyumbang 40 persen dari pendapatan negara.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :