Rubel Jeblok Lagi, Perbankan Rusia Tawarkan Bunga Besar Agar Nasabah Tak Tarik Dana
Krisis rusia ukraina | 2 Maret 2022, 17:11 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Nilai tukar rubel Rusia terus terpuruk terhadap dollar Amerika Serikat. Pada perdagangan Rabu (2/3/2022) pagi waktu Moskow, rubel turun 4 persen menjadi 105,20 rubel per dollar AS. Rubel juga anjlok 4,3 persen terhadap euro, menjadi 117,90 rubel per euro.
Mengutip dari Antara, pada perdagangan mata uang di luar Rusia, nilai rubel juga melemah selama 3 hari berturut-turut. Di platform pedagangan elektronik SBS, nilai rubel kini menjadi 112 per dollar AS. Namun angka tersebut masih lebih baik dibanding rekor terendah sebelumnya, sebesar 120 per dollar AS pada Senin (28/2/2022).
Kejatuhan rubel dimulai sejak operasi militer Rusia ke Ukraina, 24 Februari lalu. Bahkan pada satu titik perdagangan di Moskow, nilai rubel sempat jeblok 30 persen.
Pelemahan rubel membuat harga-harga melambung tinggi dan akhirnya memicu meroketnya tingkat inflasi. Sementara sanksi dari negara-negara Barat akan menciptakan kekurangan barang dan jasa penting seperti mobil atau penerbangan.
Baca Juga: Bank Terbesar Rusia, Sberbank, Keluar dari Eropa karena Nyaris Bangkrut
Bank Sentral Rusia sebagai otoritas moneter, harus memutar otak untuk meredam laju pelemahan rubel dan dampaknya pada ekonomi. Mereka sudah mengerek suku bunga acuan menjadi 20 persen dari sebelumnya 9,5 persen.
Mereka juga memerintahkan perusahaan mengonversi 80 persen pendapatan dalam bentuk valuta asing, menjadi rubel.
Sementara perbankan juga berupaya agar nasabah tidak menarik dana mereka secara massal. Bank BUMN yang juga bank terbesar di Rusia, Sberbank, menawarkan bunga deposito 4 persen untuk simpanan hingga 1.000 dollar AS.
Sedangkan bank swasta terbesar di Rusia, Alfa Bank, menawarkan bunga 8,0 persen pada deposito dollar dalam jangka 3 bulan.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Antara