AS Usir 12 Diplomat Rusia di PBB karena Dituding Jadi Mata-mata dan Lakukan Spionase
Kompas dunia | 1 Maret 2022, 05:26 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV - Amerika Serikat hari Senin, (28/2/2022) mengumumkan pengusiran 12 anggota Misi Rusia di PBB, menuduh mereka sebagai "operator intelijen" yang terlibat tindak spionase, seperti dilaporkan Associated Press, Selasa, (1/3/2022).
Tindakan pemerintahan Joe Biden ini terjadi pada hari kelima invasi Rusia ke negara tetangga Ukraina, yang memicu kecaman dari Amerika Serikat dan puluhan negara lain.
Misi Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan diplomat Rusia "menyalahgunakan hak tinggal mereka di Amerika Serikat dengan terlibat dalam kegiatan spionase yang merugikan keamanan nasional kita (Amerika Serikat)."
Misi tersebut mengatakan pengusiran itu berdasarkan "pengembangan selama beberapa bulan" dan sesuai dengan kesepakatan Amerika Serikat dengan PBB sebagai tuan rumah badan dunia yang beranggotakan 193 negara itu.
Pengusiran itu pertama kali dikonfirmasi oleh wakil duta besar AS Richard Mills setelah Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB hari Senin sore, dia baru saja diberitahu tentang "langkah bermusuhan lain yang dilakukan oleh negara tuan rumah melawan Misi Rusia."
Baca Juga: Presiden Prancis Hari ini Bertelepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin Bahas Ukraina
Nebenzia, yang memimpin sebagai presiden Dewan Keamanan bulan ini, pada sesi untuk membahas konsekuensi kemanusiaan yang mengerikan dari invasi Rusia ke Ukraina, menyebut pengusiran oleh Amerika Serikat sebagai "pelanggaran berat" terhadap perjanjian PBB dengan Amerika Serikat dan Konvensi Wina yang mengatur hubungan diplomatik.
"Kami akan melihat bagaimana peristiwa ini berkembang dalam konteks keputusan ini," katanya.
Mills kemudian mengkonfirmasi pengusiran tersebut, dengan mengatakan para diplomat Rusia "terlibat dalam kegiatan yang tidak sesuai dengan tanggung jawab dan kewajiban mereka sebagai diplomat."
Dia mengatakan tindakan atas mereka juga sesuai dengan persetujuan Amerika Serikat dan PBB. Nebenzia membalas bahwa penjelasan tersebut "tidak memuaskan."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Associated Press