Badai Matahari Dahsyat 9.200 Tahun Lalu Bikin Peneliti Khawatir, Berikut Alasannya
Kompas dunia | 13 Februari 2022, 06:00 WIBKOMPAS.TV - Badai matahari dahsyat diketahui menghantam Bumi 9.200 tahun yang lalu. Badai dahsyat itu menorehkan bekas permanen yang terekam di lapisan es Greenland dan Antarktika.
Temuan badai itu membuat para peneliti khawatir. Alasannya, badai diketahui terjadi ketika suar surya atau ledakan besar di atmosfer matahari seharusnya jarang terjadi.
Peneliti pun menyoroti kemungkinan apabila badai matahari dahsyat menghantam pada waktu yang tak terduga.
Selain itu, peneliti khawatir jikalau Bumi tidak siap memitigasi dampak badai matahari sedahsyat 9.200 tahun lalu.
Apa itu badai matahari?
Sebagaimana disarikan Live Science, badai matahari terjadi ketika garis medan magnet di bagian terluar atmosfer matahari “tercekik”, lalu secara kasar tiba-tiba terhubung kembali.
Fenomena itu akan menyebabkan ledakan besar plasma dan medan magnet yang disebut coronal mass ejection (CME). Gelombang ini kemudian bertiup ke seantero ruang angkasa.
Baca Juga: Apa Itu Badai Matahari yang Bisa Picu Kiamat Internet di Bumi
Apabila suatu CME yang cukup kuat menerpa Bumi, gelombang dapat menekan pelindung magnetik Bumi dan menyebabkan fenomena yang dikenal sebagai badai matahari.
Dampak badai matahari dahsyat ke Bumi, bisa timbulkan kiamat komunikasi
Badai matahari ringan bisa merusak satelit dan mengganggu transmisi radio. Namun, badai matahari dahsyat bisa menimbulkan kerusakan besar di Bumi.
Badai matahari dahsyat dapat menyebabkan mati listrik massal di seluruh dunia dan merusak secara permanen infrastruktur listrik.
Sejumlah ilmuwan khawatir bahwa badai matahari dahsyat bisa berdampak pada kabel internet bawah laut.
Sehingga, “kiamat internet” terjadi dan sebagian besar koneksi di permukaan Bumi terputus selama berbulan-bulan.
Gelombang CME umumnya memuncak setiap 11 tahun sekali. Ketika itu, aktivitas magnetik di bagian terluar atmosfer matahari diketahui memuncak.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV