Tidak Ada Rencana Ukraina Gabung NATO, tapi Kenapa Putin Bersikap Keras? Ini Sebabnya
Kompas dunia | 5 Februari 2022, 20:21 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV — Saripati krisis Ukraina adalah teka-teki: Mengapa Presiden Rusia Vladimir Putin mendorong Eropa ke ambang perang, menuntut Barat agar tidak melakukan sesuatu, yang toh tidak ada rencana untuk dilakukan? Inilah penjelasannya seperti dilansir Associated Press, Sabtu (5/2/2022).
Rusia mengatakan, NATO, Pakta Pertahanan Atlantik Utara pimpinan Amerika Serikat yang menghadapi krisis Eropa terbesar dalam beberapa dasawarsa, tidak boleh menawarkan keanggotaan ke Ukraina, yang memperoleh kemerdekaan ketika Uni Soviet pecah sekitar 30 tahun lalu.
Ukraina sejak lama punya cita-cita untuk bergabung dengan NATO. Namun, aliansi tersebut tidak berencana mengundang Ukraina untuk jadi anggota. Sebabnya, sebagian karena masih tingginya korupsi di Ukraina, kekurangan dalam sistem pertahanannya, dan kurangnya kendali atas perbatasan internasionalnya.
Tuntutan Putin melampaui pertanyaan tentang hubungan Ukraina dengan NATO, tetapi terkait pada inti dari keluhannya bahwa Barat mendorong dirinya ke batas kesabaran karena mendekati perbatasan Rusia.
Putin menegaskan, ekspansi NATO bertahun lalu memang meningkatkan keamanan NATO tetapi dengan mengorbankan keamanan Rusia.
Rusia menuntut jaminan hukum bahwa Ukraina akan selalu ditolak untuk menjadi anggota NATO, mengetahui bahwa NATO pada prinsipnya tidak pernah mengecualikan keanggotaan potensial untuk negara Eropa mana pun, bahkan Rusia sekalipun, tetapi tidak berencana mendorong Ukraina ke jalan menuju keanggotaan di masa mendatang.
Prinsip yang dikutip oleh NATO adalah bahwa semua negara harus bebas memilih dengan siapa mereka bersekutu.
Lalu, mengapa Moskow mempermasalahkan hubungan Ukraina dengan NATO sekarang? Nah, jawabannya rumit.
Baca Juga: Erdogan Kecam Biden, Tuduh Barat Bikin Konflik Ukraina Kian Buruk
Mengapa Putin Khawatir Ukraina Bergabung dengan NATO?
Alasan yang disebutkan adalah, ekspansi NATO lebih jauh ke timur akan menimbulkan ancaman keamanan bagi Rusia. Washington dan sekutunya menyangkal itu adalah kekhawatiran yang sahih, karena tidak ada negara NATO yang mengancam akan menggunakan kekuatan untuk melawan Rusia.
Secara lebih luas, Putin ingin NATO menarik kembali kehadiran militernya yang ada di Eropa Timur, yang mencakup serangkaian latihan bergilir secara teratur di Lithuania, Latvia, dan Estonia, semua negara bekas Soviet.
Tidak ada pasukan AS yang berbasis permanen di tiga negara Baltik itu; saat ini hanya sekitar 100 tentara yang menjalani tur bergilir di Lithuania dan sekitar 60 tentara di Estonia dan Latvia secara gabungan, kata Pentagon.
Putin juga menentang kehadiran pertahanan rudal NATO di Rumania, bekas negara satelit Soviet, dan pangkalan serupa yang sedang dikembangkan di Polandia, dengan mengatakan mereka dapat diubah menjadi senjata ofensif yang mampu mengancam Rusia.
Presiden Joe Biden minggu ini menyetujui pengiriman tambahan 2.700 tentara Amerika ke Eropa Timur, 1.700 tentara ke Polandia dan 1.000 ke Rumania, ditambah 300 tentara ke Jerman.
Ukraina punya ikatan sejarah dan budaya yang mendalam dengan Rusia, dan Putin berulang kali menegaskan Rusia dan Ukraina adalah “satu bangsa”.
Dia mengatakan, sebagian besar wilayah Ukraina adalah bagian sejarah Rusia yang diberikan secara sewenang-wenang ke Ukraina oleh para pemimpin komunis di bawah Uni Soviet.
Putin baru-baru ini menggambarkan kekhawatirannya tentang Ukraina secara lebih spesifik. Dia membuat sketsa skenario di mana Ukraina mungkin menggunakan kekuatan militer untuk merebut kembali Semenanjung Krimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014, atau untuk merebut kembali wilayah di timur Ukraina yang sekarang secara efektif dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press