> >

Kelompok Pemberontak Bunuh 60 Orang di Pengungsian, Militer Kongo Buru Pelakunya untuk Dihukum

Kompas dunia | 3 Februari 2022, 02:21 WIB
Ilustrasi. Pasukan penjaga perdamaian PBB melintas di wilayah Kibumba, Republik Demokratik Kongo pada 28 Januari 2022. Pada 2 Februari 2022, aksi kekerasan di Kongo kembali terjadi, kali ini kelompok milisi menyerang kamp pengungsian dan membantai 60 orang menggunakan senjata tajam. (Sumber: Moses Sawasawa/Associated Press)

KINSHASA, KOMPAS.TV - Kelompok milisi CODECO dilaporkan menyerang sebuah kamp pengungsian di Provinsi Ituri, Republik Demokratik Kongo dan membunuh 60 orang.

Sebagaimana diwartakan Associated Press, Rabu (2/2/2022), milisi menggeledah kamp sepanjang malam dan membantai para pengungsi.

Menurut kepala kamp, Ndalo Budz, para milisi mendatangi kamp dan membantai pengungsi menggunakan golok dan senjata tajam lain.

Kamp tersebut bernama Plaine Savo, terletak di daerah Djugu, Ituri dan menampung orang-orang yang kehilangan rumah atau terpaksa mengungsi akibat konflik di timur Kongo.

“Saat ini kami menghitung ada 60 orang di kamp pengungsian untuk orang-orang terlantar ini yang dibunuh dengan golok dan senjata-senjata tajam lain,” kata Ndalo Budz sebagaimana dikutip Associated Press.

Baca Juga: Kongo Hukum Mati 50 Orang yang Dianggap Terlibat Pembunuhan Dua Pakar PBB pada 2017

Sementara itu, menurut kepala suku setempat, Pilo Mulindo, sebanyak empat orang selamat dan telah dilarikan ke rumah sakit.

Angkatan Bersenjata Kongo pun mengutuk aksi CODECO yang membantai warga sipil korban perang dan menegaskan bahwa tindakan mereka adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.

Juru bicara Angkatan Bersenjata Kongo, Jules Ngongo meyakinkan warga bahwa militer akan mengejar dan menghukum para pelaku.

“Kami mengutuk aksi teroris, kriminal ini yang menyerang tempat orang-orang terlantar yang tidak berdaya mempertahankan diri, ini lebih buruk dari kegilaan dan kepengecutan dan ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Para pelaku ini akan dihukum sangat berat,” kata Ngongo.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Deni-Muliya

Sumber : Associated Press


TERBARU