> >

Dampak Krisis Iklim: Kekeringan Parah dan Kelaparan Ancam Jutaan Jiwa di Tanduk Afrika

Kompas dunia | 1 Februari 2022, 22:35 WIB
Warga Somali, Ethiopia mengambil air dari waduk, Selasa (18/1/2022). Kekeringan yang diperparah krisis iklim mengancam jutaan jiwa di Tanduk Afrika. (Sumber: Mulugeta Ayene/UNICEF via Associated Press)

ADIS ABABA, KOMPAS.TV - Kawasan Tanduk Afrika diterpa kekeringan parah belakangan ini. Kekeringan parah diprediksi akan semakin menjadi pada 2022.

Dampak krisis iklim berupa naiknya temperatur dan tiga musim hujan yang tidak hadir berturut-turut menimbulkan guncangan iklim (climate shocks) yang mengancam jutaan jiwa.

Tiga negara di Tanduk Afrika, yakni Somalia, Kenya, dan Ethiopia telah melaporkan dampak mengerikan kekeringan yang menerpa negerinya.

Di Tanduk Afrika, para peternak susah payah menjaga hewan dan mereka sendiri tetap hidup. Bangkai binatang yang mati kelaparan bertebaran.

Baca Juga: Dampak Krisis Iklim: Gletser Afrika akan Sepenuhnya Mencair dalam Dua Dekade

Zaynab Wali, seorang warga Region Somali, Ethiopia mengaku belum pernah melihat kekeringan separah ini. Kepada tim dari UNICEF, ia mengaku perlu menghidupi tujuh anaknya di tengah kekeringan.

Menurutnya, pemerintah Ethiopia selalu mengirimkan makanan dan pakan ternak ketika kekeringan melanda lima tahun lalu. Kini, stok makanan menipis dan bantuan tak kunjung datang.

“Kami tidak punya cukup makanan untuk keluarga kami,” kata Zaynab.

Seorang petugas Badan Konservasi Satwa Liar Subuli di dekat bangkai jerapah yang mati akibat kekeringan di Wajir, Kenya pada 25 Oktober 2021. Kekeringan parah di Tanduk Afrika diprediksi akan semakin menjadi pada 2022. (Sumber: Brian Inganga/Associated Press)

Kekeringan parah menyebabkan lebih dari enam juta warga Ethiopia diperkirakan butuh bantuan kemanusiaan mendesak pada pertengahan Maret.

Sementara itu, Somali NGO Consortium menyebut lebih dari tujuh juta warga Somalia butuh bantuan segera. Mereka meminta donor internasional untuk memperbesar jumlah bantuan.

Kekeringan tahun ini diperkirakan menjadi yang terparah di Tanduk Afrika dalam kurun 40 tahun terkini.

Kelangkaan air dan makanan membuat anak-anak sekolah mesti berhenti mengenyam pendidikan demi membantu keluarga. UNICEF memperkirakan lebih dari 150.000 anak sudah keluar dari sekolah karena kekeringan.

Abdurazak Muhammed, seorang bocah asal Desa Gabias, Somali, Ethiopia menggiring keledainya ke rumah, Jumat (21/1/2022). Sekolah tempat Abdurazak belajar terpaksa tutup dan anak-anak mesti membantu orang tua di tengah kekeringan parah. (Sumber: Mulugeta Ayene/UNICEF via Associated Press)

Kekeringan juga membuat warga kehilangan hewan ternak. Selain makanan manusia semakin langka, pakan ternak pun menipis akibat kekeringan yang diprediksi akan semakin parah.

“Kami baru sebulan memasuki musim kering dan saya sudah kehilangan 25 kambing dan domba,” kata Hafsa Bedel, warga Ethiopia lain.

“Saya juga kehilangan empat ekor unta. Tidak ada padang rumput di sini,” pungkasnya.

Baca Juga: Kekeringan Akibat Perubahan Iklim di Kenya Ancam Manusia dan Fauna


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU