Jenderal Venezuela Mengaku Berkomunikasi dengan CIA sebelum Kudeta Nicolas Maduro
Kompas dunia | 29 Januari 2022, 12:42 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Purnawirawan jenderal Venezuela yang ikut memimpin kudeta pada 2020, Cliver Alcala Cordones mengaku CIA dan eksekutif Amerika Serikat (AS) mengetahui rencana pemberontakan tersebut.
Hal ini disampaikan kuasa hukum Alcala dalam dokumen yang dilayangkannya ke pengadilan AS, Jumat (28/1/2022) kemarin.
Alcala diketahui saat ini sedang dijerat tuduhan narkoterorisme sejak dua tahun lalu. Kuasa hukumnya berupaya membatalkan tuntutan ini.
Menurut salah satu surat kuasa hukum Alcala ke jaksa penuntut, petinggi pemerintahan Donald Trump mengetahui dan menerima laporan rencana kudeta.
“Upaya menggulingkan rezim Maduro diketahui dengan baik oleh pemerintah Amerika Serikat,” tulis kuasa hukum Alcala.
“Penentanganya (Alcala) terhadap rezim itu dan dugaan upayanya menggulingkannya dilaporkan ke eselon tertinggi Badan Intelijen Pusat (CIA), Dewan Keamanan Nasional AS, dan Kementerian Keuangan AS.”
Dokumen kuasa hukum Alcala itu mengemukakan kembali keterlibatan pemerintahan Trump terhadap kudeta gagal Maduro.
Upaya kudeta bertajuk Operasi Gideon itu melibatkan veteran pasukan khusus Amerika Serikat, Jordan Gourdreau.
Dua tentara bayaran AS juga kedapatan membantu kudeta para desertir tentara Venezuela tersebut.
Baca Juga: Makin Panas dengan AS, Rusia Tak Kesampingkan Gelar Pasukan dan Senjata di Kuba dan Venezuela
Operasi itu direncanakan oleh Cliver Alcala Cordones dan Jordan Goudreau. Mereka menerjunkan sekitar 60 orang untuk menangkap Maduro dan merebut pemerintahan.
Akan tetapi, plot kudeta diketahui oleh pemerintahan Maduro sebelum dilakukan. Militer Venezeula sukses mengadang pemberontak, membunuh enam orang dan menangkap 17 lainnya.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press