Demo Berdarah di Kazakhstan Bisa Pengaruhi Perkembangan Konflik Rusia dengan NATO-Ukraina
Kompas dunia | 9 Januari 2022, 12:37 WIBALMATY, KOMPAS.TV - Kazakhstan yang dikenal stabil usai pisah dari Uni Soviet, didera demonstrasi besar sepekan belakangan. Demonstrasi berdarah ini memakan korban jiwa puluhan demonstran dan setidaknya 18 aparat.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev kesulitan mengendalikan situasi hingga minta bantuan Rusia. Kremlin mengirim pasukan ke Kazakhstan untuk menertibkan demo.
Sejumlah pengamat pun menyebut situasi di Kazakhstan bisa memengaruhi kebijakan Presiden Vladimir Putin dalam menyikapi konflik Rusia dengan NATO-Ukraina.
Sebagian menduga Putin akan menahan diri atas Ukraina untuk terlebih dahulu menyelesaikan masalah Kazakhstan. Namun, ada pengamat yang menduga situasi Kazakhstan justru akan meningkatkan urgensi Kremlin menegaskan pengaruh ke negara-negara bekas Uni Soviet.
Pemerintah Rusia selama ini berupaya menancapkan pengaruh ke negara bekas Soviet, bahkan mendukung kelompok separatis di negara yang tak mau mengikuti mereka.
Baca Juga: Soal Pengiriman Pasukan ke Kazakhstan, Rusia Balas Kritik Blinken dengan Jawaban Menohok
Ukraina mulai meninggalkan Moskow sedekade belakangan. Hasilnya, Rusia menganeksasi Krimea dan mendukung pemberontakan di wilayah Donbas.
Sementara itu, Kazakhstan cukup bersahabat dengan Rusia selama tiga dekade pemerintahan Nursultan Nazarbayev dan penerus yang dipilihnya, Kassym-Jomart Tokayev.
Pasukan Rusia segera menanggapi permintaan Presiden Tokayev, membantu aparat menguasai kembali bandara dan menjaga gedung-gedung pemerintahan.
Merespons gentingnya situasi, Tokayev kemudian memerintahkan tembak mati kepada demonstran yang tak mau menyerah.
Menurut Fiona Hill, mantan direktur Dewan Keamanana Nasional AS untuk Rusia dan Eropa, situasi genting di Kazakhstan bisa membuat Putin meningkatkan urgensi untuk “melakukan sesuatu”.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Purwanto
Sumber : Associated Press