Jelang Bertemu Rusia, NATO Bersiap Jika Pembicaraan Terkait Ukraina Alami Kegagalan
Kompas dunia | 8 Januari 2022, 06:35 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - NATO telah bersiap jika pembicaraan dengan Rusia terkait permasalahan Ukraina mengalami kegagalan.
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Jumat (7/1/2022).
Rusia dan Amerika Serikat (AS) akan bertemu di Jenewa untuk membahas masalah di perbatasan Ukraina pada Senin (10/1/2022) mendatang.
Sedangkan NATO dan Rusia akan bertemu pada Rabu (12/1/2022) untuk membahas masalah yang sama.
Baca Juga: Rusia Diperingatkan Inggris, Serangan ke Ukraina akan Jadi Kesalahan Strategi Besar dan Merugikan
Hal itu terkait penumpukan pasukan yang dilakukan Rusia di perbatasan Ukraina pada bulan lalu.
Keadaan itu membuat ketakutan meningkat bahwa Rusia akan kembali mencoba melakukan invasi ke Ukraina.
“Kami akan melakukan segala usaha memastikan sebuah jalan politik untuk menghindari penggunaan kekuatan, tetapi pada saat yang sama kami harus bersiap jika dialog gagal,” ujar Stoltenberg dikutip dari Euronews.
“Kami telah mengirimkan pesan yang jelas ke Moskow jika mereka menggunakan kekerasan, maka akan ada sejumlah konsekuensi yang besar. Sanksi ekonomi dan politik,” tambahnya.
NATO khawatir jika melihat rekam jejak Presiden Rusia Vladimir Putin, yang sebelumnya telah menginvasi timur Ukraina pada 2014.
Organisasi tersebut juga mengungkapkan adanya risiko konflik militer jika usaha diplomatik untuk meredam krisis ini gagal.
Stoltenberg juga menambahkan, keinginan Rusia agar NATO menolak Ukraina bergabung, tidak bisa diterima.
Ia juga menegaskan pihak Barat akan terus memberikan dukungan kepada Ukraina.
“Seluruh gagasan bahwa Ukraina adalah ancaman bagi Rusia adalah untuk menjungkirbalikkan semuanya. Ukraina adalah ancaman bagi Rusia,” tuturnya.
Baca Juga: Ngamuk Raja Salman Disebut Teroris oleh Hizbullah, Arab Saudi: Mereka Ancaman bagi Negara Arab
“Saya pikir jika ada ide tentang Ukraina yang demokratis dan stabil, akan menjadi tantangan bagi mereka. Oleh karena itu, NATO akan terus memberikan dukungan kepada mitra kami, negara yang berdaulat, tetapi juga tentu saja mengakui bahwa Ukraina adalah mitra, bukan hanya sekutu NATO,” tambahnya.
Rusia mengklaim Ukraina sebagai bagian dari lingkup pengaruhnya dan menginginkan jaminan bahwa Ukraina tidak akan diizinkan bergabung dengan aliansi militer Barat.
Tetapi permintaan tersebut ditolak oleh AS dan NATO yang menegaskan bahwa setiap negara yang berdaulat memiliki hak memilih sekutu.
Namun, para pemimpin Uni Eropa lebih tertutup tentang prospek keanggotaan Ukraina di NATO.
Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Euronews