> >

Janda Mendiang Diktator Korea Selatan Minta Maaf atas Kebrutalan Almarhum Suami

Kompas dunia | 27 November 2021, 15:34 WIB
Janda diktator Korea Selatan meminta maaf atas sakit dan luka yang diakibatkan oleh perbuatan suaminya, Chun Doo-hwan. Chun melakukan kudeta 1979 dan dengan keras menumpas protes pro-demokrasi setahun kemudian sebelum dipenjara karena pengkhianatan pada 1990-an. Dia meninggal di rumahnya di Seoul di usia 90 tahun, Selasa (23/11/2021). (Sumber: AP Photo)

SEOUL, KOMPAS.TV — Janda diktator militer terakhir Korea Selatan mengeluarkan permintaan maaf singkat atas "rasa sakit dan luka" yang disebabkan oleh aturan brutal suaminya ketika puluhan kerabat dan mantan pembantu berkumpul di sebuah rumah sakit Seoul pada Sabtu (27/11/2021) untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada jasad Chun Doo-hwan.

Seperti dilansir Associated Press, Sabtu, Chun mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 1979 dan dengan keras menumpas protes pro-demokrasi setahun kemudian sebelum dipenjara karena pengkhianatan pada 1990-an. Dia meninggal di rumahnya di Seoul dalam usia 90 tahun, Selasa (23/11/2021).

Pada hari terakhir prosesi pemakaman yang berlangsung selama lima hari, keluarga Chun mengadakan upacara pemakaman di Rumah Sakit Severance Seoul sebelum membawa jenazahnya ke taman peringatan untuk dikremasi.

Janda Chun, Lee Soon-ja, mengatakan selama pelayanan di rumah sakit, suaminya ingin dikremasi dan abunya disebar di daerah perbatasan dekat Korea Utara.

“Saat kami menyelesaikan prosesi pemakaman hari ini, saya ingin menyampaikan permintaan maaf yang mendalam atas nama keluarga kami kepada orang-orang yang menderita rasa sakit dan bekas luka selama masa jabatan suami saya,” kata Lee, tanpa merinci kesalahan Chun.

Baca Juga: Rezim Kim Jong-Un Hukum Dua Tentara Korut yang Sebut Korea Selatan dengan Nama Resmi

Janda diktator Korea Selatan meminta maaf atas sakit dan luka perbuatan suaminya, Chun Doo-hwan. Chun melakukan kudeta 1979 dan dengan keras menumpas protes pro-demokrasi setahun kemudian sebelum dipenjara karena pengkhianatan pada 1990-an. Dia meninggal di rumahnya di Seoul di usia 90 tahun, Selasa (23/11/2021). (Sumber: AP Photo)

Chun Doo-hwan tidak pernah meminta maaf atas kekejamannya, termasuk pembantaian terhadap ratusan pengunjuk rasa pro-demokrasi di kota selatan Gwangju pada 1980, salah satu momen tergelap dalam sejarah modern negara itu yang terjadi ketika ia berusaha untuk memperkuat kekuasaannya setelah kudeta.

Cho Jin-tae, seorang pejabat senior di sebuah yayasan yang mewakili para korban Gwangju, mengatakan ekspresi penyesalan Lee yang samar-samar terdengar hampa dan meminta keluarga Chun untuk mendukung kata-kata janda Chun Doo-Hwan dengan tindakan, termasuk bekerja sama dengan upaya pencarian kebenaran atas kesalahan besar Chun.

"Saya tidak berpikir siapa pun akan terhibur oleh komentar Lee Soon-ja hari ini," kata Cho kepada The Associated Press melalui telepon.

Chun adalah seorang mayor jenderal angkatan darat ketika ia merebut kekuasaan pada Desember 1979 bersama kroni militernya, termasuk Roh Tae-woo, yang kemudian menggantikan Chun sebagai presiden setelah memenangi pemilihan demokratis pertama negara itu dalam beberapa dekade.

Rentang waktu antara meninggalnya Chun dan Roh hanya berjarak tidak sampai satu bulan. Roh Tae-woo meninggal pada 26 Oktober lalu.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU