> >

Irak Bersiap Angkut Warganya yang Terjebak di Perbatasan Belarusia-Polandia

Kompas dunia | 16 November 2021, 00:10 WIB
Para migran asal Timur Tengah menghangatkan diri di kamp pengungsian perbatasan Polandia-Belarusia, Kamis (11/11/2021). (Sumber: Leonid Shcheglov/BelTA via Associated Press)

LONDON, KOMPAS.TV - Pemerintah Irak dijadwalkan akan mulai memulangkan warganya yang ingin pulang secara sukarela dari perbatasan Belarusia-Polandia.

Pesawat yang akan mengangkut warga Irak pulang itu dijadwalkan terbang dari Belarusia pada Kamis (18/11/2021) ini. Seperti diketahui ribuan migran termasuk warga negara Irak yang ingin ke Eropa, terjebak di perbatasan Belarusia-Polandia.

“Irak akan mengadakan penerbangan pertama bagi mereka yang ingin pulang secara sukarela pada tanggal 18 (November 2021),” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Irak Ahmed al-Sahaf kepada sebuah stasiun televisi Irak, Senin (15/11/2021), seperti dikutip Middle East Eye.

Sahaf tidak mengungkap jumlah warga Irak yang dapat dipulangkan pada penerbangan Kamis nanti.

Tapi ia mengatakan pihaknya telah menerima sedikitnya 571 permintaan dari warga negara Irak yang ingin pulang “secara sukarela.”

Baca Juga: Kedinginan dan Kelaparan, Pengakuan Migran yang Terjebak di Perbatasan Polandia-Belarusia

Pengumuman tersebut muncul setelah Belarusia menyatakan rencana maskapai penerbangan nasionalnya tidak akan menerbangkan warga Irak, Afghanistan, dan Suriah dari Uni Emirat Arab (UEA), atas permintaan pemerintah UEA.

Pengumuman tersebut juga dibuat beberapa hari setelah Kementerian Luar Negeri Irak menyetop seluruh penerbangan menuju Belarusia guna mencegah warganya dieksploitasi oleh kelompok-kelompok perdagangan manusia.

Ribuan migran yang ingin menuju Eropa, terjebak di perbatasan Belarusia dengan Polandia.

Uni Eropa dan Amerika Serikat menuding pemerintah Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mendalangi krisis tersebut dengan mendorong orang-orang datang ke Belarusia dan mengantarkan mereka ke perbatasan.

Penulis : Edy A. Putra Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Middle East Eye


TERBARU