Kemajuan KTT Iklim COP26 Stagnan, PM Bahama pun Gemas: Sungguh Aspiratif, tapi Tak Punya Gigi!
Kompas dunia | 13 November 2021, 02:05 WIBGLASGOW, KOMPAS.TV – Komitmen-komitmen yang dibuat dalam KTT Iklim PBB, COP26 di Glasgow aspiratif, tapi tak punya gigi. Komentar ini diungkap pemimpin salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim, Perdana Menteri Bahama Philip Davis.
“Saya mengundang mereka untuk berani, punya nyali dan bertindak, karena ada banyak kata-kata mewah di sana,” ujar Davis menilai komitmen para pemimpin dunia di KTT COP26.
“Aspiratif, tapi sepertinya mereka tidak punya gigi,” imbuhnya.
Melansir Sky News, Jumat (12/11/2021), Davis mengungkapkan pernyataannya dalam perjalanannya kembali ke Bahama dari KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia.
“Jika Anda lihat bahasa dokumen rancangan yang belum difinalisasi, ada banyak istilah aspiratif, seperti ‘berkomitmen kembali’, ‘mengatur ulang’,” terangnya seraya menambahkan dengan gemas, “Kami pernah dalam situasi itu! Ini sudah COP yang ke-26, loh!”
Baca Juga: COP26 Ternyata Didominasi Delegasi Industri Bahan Bakar Fosil, Komitmen Krisis Iklim Dipertanyakan
Saat ditanya apakah ia menganggap KTT COP26 sebagai kegagalan, Davis menyahut, “Begini. Saya tidak mau bilang ini sukses atau gagal. Yang ingin saya katakan adalah kemajuannya stagnan, dan saya harap kita akan keluar dari dilema ini.”
Bahama, Negara Kepulauan yang Terancam Tenggelam
Bahama merupakan negara kepulauan yang berada di ujung tanduk akibat perubahan iklim. Meski hanya menyumbang sekitar 0,01 persen emisi gas rumah kaca dunia, Bahama terancam dampak perubahan iklim dalam jangka pendek. Lantaran, 80 persen daratan di seluruh kepulauannya hanya memiliki tinggi sekitar 1 meter di atas permukaan laut.
Sebagai anggota Negara Berkembang Pulau Kecil (SIDS), Bahama sejak lama telah mengampanyekan aksi global untuk menangani penyebab perubahan iklim dan pendanaan untuk mengurangi dampaknya.
Baca Juga: Kepala BMKG Berbagi Cerita Dinamika Cuaca Ekstrem Indonesia di COP26 Glasgow
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Sky News/Associated Press