Lelaki Tua di Australia Utara Lolos dari Maut Lawan Buaya Air Asin dengan Pisau Lipat
Kompas dunia | 10 November 2021, 15:17 WIBBRISBANE, KOMPAS.TV - Seorang laki-laki Australia berusia 60 tahun lolos dari rahang buaya besar dengan menikamnya berulang kali di kepala menggunakan pisau saku saat buaya tersebut menyeretnya ke sungai, kata pihak berwenang Semenanjung Cape York, Australia Utara, Rabu (10/11/2021)
Setelah selamat dari serangan mengerikan di tepi sungai terpencil di Semenanjung Cape York di ujung utara Australia, menurut petugas satwa liar, pria yang terluka itu "beruntung masih hidup"
"Ada perkelahian sengit dan untungnya dia lolos dari cengkeraman buaya berukuran empat hingga empat setengah meter. Kemungkinan melakukan perlawanan seperti itu sebenarnya hampir nol," kata Matt Brien dari departemen lingkungan negara bagian Queensland.
Pria itu minggu lalu pergi memancing di propertinya di dekat Hope Vale, sekitar lima jam perjalanan dari Cairns, dan mengusir seekor banteng dari tepi sungai sehingga dia bisa mengambil alih tempat itu.
Kemudian, buaya itu menyerang.
Baca Juga: Ngeri, Buaya Monster Terkam Kaki Bocah 12 Tahun dan Menyeretnya ke dalam Air saat Main Petak Umpet
"Dia menggambarkan melihat buaya beberapa detik sebelum menerjang ke arahnya, menjatuhkan dirinya saat dia akan melemparkan pancingnya," kata petugas departemen lingkungan.
Dia meraih cabang pohon bakau dalam upaya putus asa untuk melepaskan diri dari gigitan buaya dan keluar dari sungai saat rahang buaya melilit sepatu botnya. Tapi dia dengan cepat kalah dari adu tarik menarik, dan kemudian lelaki itu diseret masuk sungai.
"Pria itu mengatakan ketika dia memasuki air, dia berhasil mengambil pisaunya dari ikat pinggangnya dan menikam buaya di kepalanya sampai dia melepaskannya."
Pria itu kemudian bergegas ke pinggir sungai dan kemudian dibawa ke Rumah Sakit Cooktown untuk perawatan. Dia kemudian diterbangkan ke Rumah Sakit Cairns, di mana dia masih dalam pemulihan seminggu kemudian.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Straits Times via AFP