> >

Filipina Segera Gelar Pemilu Presiden, Inilah 5 Kandidat Menonjol, Salah Satunya Manny Pacquiao

Kompas dunia | 2 Oktober 2021, 05:25 WIB
Lima kandidat presiden Filipina yang akan bersaing dalam pemilu presiden menggantikan Rodrigo Duterte yang akan habis masa jabatan tahun depan (Sumber: Straits Times)

MANILA, KOMPAS.TV - Filipina mulai menggelar proses pemilu presiden, dengan pendaftaran pemilu mulai Jumat (10/1/2021) kemarin selama seminggu ke depan.

Pemilu ini akan mengakhiri spekulasi berbulan-bulan tentang siapa yang akan bersaing menggantikan Presiden Rodrigo Duterte ketika masa jabatannya berakhir tahun depan.

Dilansir Strait Times, Jumat, untuk saat ini, semua mata tertuju pada lima orang kandidat sebagai berikut:

Sara Duterte-Carpio
Wali Kota Davao yang berusia 43 tahun adalah pewaris politik terpilih dari presiden saat ini, Rodrigo Duterte.

Sara dan ayahnya telah bertukar kendali atas Davao sebagai walikota atau wakil walikota sejak 2007.

Seperti ayahnya, dia menata dirinya sebagai seorang populis, memilih untuk dipanggil 'Inday', cara untuk memberi tahu semua orang bahwa meskipun dia berasal dari keluarga yang kuat dan istimewa.

Dia juga pada dasarnya adalah gadis provinsi dengan akar yang tertanam kuat di jalanan yang kejam di kotanya.

Dia juga memiliki sifat yang kejam. Dia pernah meninju wajah seorang sheriff pengadilan empat kali karena menolak permintaannya untuk berhenti mengusir komunitas penghuni liar.

Sara Duterte-Carpio, kanan, bersama ayahnya, Rodrigo Duterte pada sebuah acara di Filipina. Sara Duterte adalah salah satu kandidat presiden negara itu, bersaing dengan kandidat lain menggantikan ayahnya yang akan habis masa jabatan (Sumber: Straits Times)

Duterte-Carpio secara terbuka bertengkar dengan ayahnya.

Pada 2016, dia mengaku telah diperkosa ketika dia jauh lebih muda di tengah semburan lelucon pemerkosaan yang dibuat ayahnya. Duterte menepis hal itu, dan menyebutnya sebagai 'ratu drama'.

Dia adalah politisi yang tangguh dalam dirinya sendiri. Dia berhasil mengarahkan koalisi longgar dari tujuh partai politik yang bersekutu dengan ayahnya menuju kemenangan telak dalam pemilihan Senat yang diawasi ketat pada tahun 2019.

Sara Duterte-Carpio tetap menjadi favorit untuk menang jika pemilihan diadakan hari ini, tetapi dia memainkan taktik 'malu-malu kucing' tentang rencananya ikut perebutan kursi kepresidenan.

Dia mengatakan tidak akan mencalonkan diri jika ayahnya bersikeras untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Tetapi para pakar mengatakan itu mungkin hanya taktik untuk menarik minat orang Filipina agar mendukung kandidat yang terkesan enggan dan malu-malu kucing.

Baca Juga: Manny Pacquiao Ajukan Sertifikat Pencalonan untuk Pilpres Filipina 2022

Ferdinand Marcos Jr, anak mantan presiden Filipina Ferdinand Marcos yang tumbang akhir 1980an akan bersaing dalam pemilu presiden tahun depan (Sumber: Straits Times/Facebook)

Ferdinand Marcos Jr.
Sedikit yang percaya Marcos junior ini akan punya nilai di publik negara itu tanpa nama ayahnya, diktator yang memerintah Filipina selama 21 tahun.

Kembali pada tahun 1986, saat keluarganya kabur ke Hawaii menyusul pemberontakan 'kekuatan rakyat' yang menggulingkan rezim Marcos, Marcos junior saat itu hanyalah seorang playboy kurus, berambut gondrong berusia 28 tahun yang gemar pesta-pesta penuh keliaran badaniyah diatas kapal pesiar.

Namun, 35 tahun kemudian, Marcos junior, yang dijuluki 'Bongbong' dan sekarang berusia 64 tahun, berada di puncak untuk bersaing menjadi presiden berikutnya.

Sebuah jajak pendapat oleh Pulse Asia menunjukkan dia hanya 5 poin di belakang Sara Duterte-Carpio. Sebuah survei internal yang terpisah dan didanai secara pribadi membuatnya memimpin popularitas sebagai kandidat presiden.

Marcos junior memperluas dukungannya di antara mereka yang memisahkan diri dari Duterte, sambil mempertahankan basis konstituen yang solid di bagian utara Filipina yang selalu setia kepada keluarganya.

Marcos pernah menjadi anggota kongres dan senator. Dia juga pernah menjadi gubernur provinsi Ilocos Norte, markas dan kampung Marcos.

Pada 2016, ia mencalonkan diri sebagai wakil presiden tetapi kalah dari Leni Robredo, janda seorang politisi populer. Dia kemudian melakukan kampanye yang panjang, pahit tetapi akhirnya tidak berhasil untuk membalikkan kerugiannya.

Baca Juga: Rodrigo Duterte Resmi Menjadi Cawapres Filipina

Wali Kota Manila Isko Moreno juga akan bersaing memperebutkan kursi presiden pada pemilu presiden Filipina tahun depan (Sumber: Straits Times via Reuters)

Isko Moreno
Bintang politik Moreno melambung setelah ia menjadi Wali Kota Manila tahun 2019, mengalahkan politisi tangguh, mantan presiden Joseph Estrada.

Kerjanya mengatasi pandemi Covid-19 membuatnya sangat populer di kalangan mereka yang tinggal di ibu kota. Kisah hidup Moreno membuatnya makin meraih dukungan.

Moreno, 46, tumbuh sangat miskin di daerah kumuh di Tondo, distrik terbesar tapi termiskin di Manila dengan tingkat pembunuhan satu orang mati terbunuh setiap hari.

Sebagai seorang anak, ia mengais-ngais sampah di tempat pembuangan sampah dan mengumpulkan koran bekas untuk membantu keluarganya memenuhi kebutuhan.

Seorang pencari bakat melihatnya saat bangun pada tahun 1993 ketika dia berusia 18 tahun. Dia kemudian muncul di variety show populer, lalu dia segera pindah ke drama TV dan film.

Saat masih bekerja sebagai aktor, dan masih berusia 23 tahun, ia terpilih menjadi anggota Dewan Kota Manila. Dia menjabat sebagai Wakil Wali Kota Alfredo Lim dan kemudian wakil Joseph Estrada, yang kemudian menjadi presiden dari 2007 hingga 2016. Moreno kemudian mencalonkan diri di Senat Filipina tahun 2016, tetapi kalah.

Moreno menempatkan dirinya sebagai kandidat sentris. Dia menghindari mengkritik Duterte atau mendakwa keluarga Marcos yang mencoba menutupi aturan brutal saat pemberlakuan darurat militer jaman Marcos. Moreno juga menjaga jarak dari  partai oposisi utama.

Para pakar mengatakan sementara taktik kampanyenya berusaha untuk menarik para pembelot dan mereka yang masih ragu-ragu, namun taktik itu pada akhirnya dapat menjadi bumerang, karena ia dapat dilihat sebagai orang yang ragu-ragu dan oportunis.

Baca Juga: Petinju Manny Pacquiao Maju Jadi Capres Filipina, Tuduh Duterte Lemah di Laut China Selatan

Juara dan legenda tinju dunia Manny Pacquiao usai pendaftaran kandidat presiden Filipina. Pacquiao akan bersaing dengan kandidat lain memperebutkan kursi presiden tahun depan (Sumber: Straits Times via Reuters)

Manny Pacquiao
Petinju superstar berusia 42 tahun itu mengumumkan awal pekan ini dirinya pensiun dari olahraga. Pac Man adalah orang pertama yang mengajukan pencalonannya pada hari pertama pendaftaran.

Dia menyudahi karirnya selama 26 tahun dengan 72 pertarungan yang mencatat 62 kemenangan, delapan kalah dan dua kali seri. Pacquiao adalah satu-satunya petarung dalam sejarah yang memenangkan 12 gelar dunia dalam delapan kelas berat yang berbeda.

Sepanjang jalan, ia memenangkan pertarungan mendebarkan melawan petinju top dunia, semua Hall of Famers masa depan, untuk memperkuat reputasinya sebagai legenda tinju sambil menghasilkan ratusan juta dolar sepanjang karirnya.

Seperti Moreno, Pacquiao juga telah bersandar pada masa lalunya untuk memoles reputasinya sebagai 'rakyat wong cilik'.

Manny lahir miskin tahun 1978 di kota Kibawe, di provinsi selatan Bukidnon. Dia pernah ingat tidur di atas kardus-kardus pipih yang ditumpuk cukup tinggi untuk memberikan bantalan dari lantai yang keras.

Manny bilang dia selalu compang-camping, dan gubuk ibunya adalah satu-satunya di desanya yang tidak memiliki TV. Dia harus berhenti sekolah ketika dia berusia 10 tahun, setelah ayahnya, yang tidak pernah hadir, pergi untuk selamanya.

Manny kemudian harus berpindah-pindah dari satu pekerjaan sambilan ke pekerjaan lain, menjajakan roti atau membantu menurunkan tangkapan tuna di dermaga, untuk membantu ibunya memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Tapi ketenaran dan latar belakang mungkin tidak cukup untuk menjaringnya menjadi presiden.

Analis politik mengatakan peringkat jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan sementara orang Filipina memujanya sebagai petinju, mereka kurang terkesan dengan dia sebagai politisi.

Pertengkarannya yang terus-menerus dengan Rodrigo Duterte yang saat ini masih tangguh dan mengendalikan partai politik yang berkuasa telah menjadi gangguan yang mahal bagi Pacquiao.

Baca Juga: Pencalonan Presiden Duterte sebagai Cawapres Filipina pada Pemilu 2022 Ditanggapi Beragam

Leni Lobredo, wakil presiden Filipina saat ini, akan bertarung memperebutkan kursi presiden tahun depan (Sumber: Straits Times via Twitter)

Leni Robredo
Wakil Presiden saat ini berusia 56 tahun di masa lalu melepaskan politik di tangan suaminya, Jesse Robredo. Tetapi ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan pesawat pada Agustus 2012, dia bangkit sendiri sebagai politisi.

Seorang pengacara dan ekonom, Robredo mengalahkan patriark klan politik yang kuat untuk memenangkan kursi di Kongres Filipina tahun 2013.

Tahun 2016, Presiden Benigno Aquino meyakinkannya untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden untuk menggagalkan upaya Ferdinand Marcos Jr sendiri untuk posisi No. 2 di negara itu.

Dia menang dengan selisih tipis atas Mr Marcos, yang menuntut penghitungan ulang. Protes pemilihan itu mengganggu wakil presidennya selama bertahun-tahun, sampai Mahkamah Agung akhirnya memenangkannya.

Robredo juga harus berurusan dengan menjadi orang buangan dalam pemerintahan Duterte. Pasalnya, presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah di Filipina.

Duterte dua kali mengangkatnya ke posisi kunci, pertama sebagai menteri perumahan dan kemudian 'tsar anti-narkoba', tetapi dengan cepat berubah pikiran, bersikeras Robredo diam-diam bekerja untuk menggulingkannya.

Tanpa dukungan Duterte, Robredo menggunakan dana apa pun yang dia dapat sebagai wakil presiden untuk memberikan bantuan selama bencana, perumahan bagi sekitar 40.000 keluarga, dan mata pencaharian bagi komunitas akar rumput.

Robredo sudah mendistribusikan peralatan pelindung kepada petugas kesehatan dan menyediakan vaksin di distrik-distrik yang miskin dan kurang terlayani.

Tetapi sebagai ketua Partai Liberal, yang diidentifikasi dekat dengan keluarga Aquino, dia harus menangkis tuduhan bahwa dia mewakili semua yang salah di Filipina sejak pemberontakan People Power 1986 yang mengakhiri rezim Marcos.

Itu mungkin alasan utama mengapa dia menonjol dalam jajak pendapat.

Dia belum memutuskan apakah dia akan mencalonkan diri sebagai presiden, meskipun ada dukungan dari koalisi luas kelompok masyarakat sipil dan pengusaha yang menentang Duterte.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU