Jurnalis Kolombia Dibunuh, Organisasi Perlindungan Jurnalis Desak Pemerintah Tegakkan Keadilan
Kompas dunia | 28 September 2021, 22:33 WIBBOGOTA, KOMPAS.TV - Jurnalis Kolombia, Marcos Efrain Montalvo Escobar dibunuh di Tulua, sebuah kota sekitar 250 kilometer di barat daya Bogota. Jurnalis berusia 68 tahun itu dibunuh pada 19 September lalu saat sedang berada di sebuah toko.
Menurut laporan media dan rekaman kamera keamanan, seseorang yang belum diketahui identitasnya memasuki toko ketika Marcos sedang berbicara dengan temannya. Pelaku yang membawa pistol kemudian menembak Marcos empat kali di dada.
Pelaku segera meninggalkan lokasi kejadian menggunakan sepeda motor.
Baca Juga: Cerita Jurnalis Afghanistan Ditangkap dan Dipukuli oleh Pejuang Taliban
“Otoritas Kolombia harus menginvestigasi pembunuhan jurnalis Marcos Efrain Montalvo, mencari tahu apakah dia menjadi target karena pekerjaannya, dan menyeret pihak yang bertanggung jawab ke pengadilan,” kata perwakilan organisasi perlindungan jurnalis, Committee to Protect Journalists (CPJ), Natalie Southwick pada Selasa (28/9/2021).
Marcos Efrain Montalvo merupakan jurnalis veteran Kolombia yang menekuni profesinya sejak 1970-an. Ia pernah bekerja untuk surat kabar dan stasiun radio lokal, serta surat kabar El Pais di Cali, Kolombia.
Beberapa tahun belakangan, Marcos mempublikasikan hampir semua reportasenya di akun Facebook-nya. Ia memiliki sekitar 1.000 pengikut di media sosial tersebut.
Menurut keponakan korban, Mauricio Altamirano, ia sering memberitakan dugaan korupsi dan mismanajemen oleh pejabat pemerintahan Tulua. Ia juga menulis tentang kejahatan terorganisasi, termasuk tentang Kartel Cilantro, geng setempat yang dilaporkan sering melakukan pemerasan.
Menurut Altamirano, pamannya telah sering mendapatkan ancaman sebelum pembunuhannya. Pada 2019, seorang pengedara sepeda motor memukulnya dengan helm dan memperingatkannya untuk tidak memberitakan isu-isu sensitif.
Di Facebook, Marcos juga menerima sejumlah ancaman pembunuhan. Menurut Altamirano, seorang pengguna Facebook berkomentar bahwa “jika dia terus mempublikasikan kebodohan, mereka tidak akan beristirahat hingga ia mati”.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : CPJ