> >

Erdogan Pertimbangkan Beli Lebih Banyak Rudal Pertahanan Udara Rusia Meski Diancam Amerika Serikat

Kompas dunia | 26 September 2021, 20:54 WIB
Rusia dan Turki akan segera menandatangani kontrak baru untuk memasok Ankara dengan tambahan unit peluru kendali pertahanan udara S-400 dalam waktu dekat, bunyi laporan Interfax pada 23 Agustus 2021. (Sumber: Sputnik/Sergey Malgavko)

ISTANBUL, KOMPAS.TV — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya akan mempertimbangkan untuk membeli sistem rudal Rusia kedua, mengabaikan keberatan keras Amerika Serikat (AS), seperti dilansir Associated Press, Minggu, (26/9/2021)

Dalam sebuah wawancara dengan media AS CBS News, Erdogan mengatakan Turki harus memutuskan sistem pertahanannya sendiri.

Berbicara kepada koresponden CBS Margaret Brennan di New York minggu lalu, Erdogan menjelaskan Turki tidak diberi opsi untuk membeli rudal Patriot buatan Amerika Serikat. Sementara Washington juga belum mengirimkan jet siluman F-35 meskipun Turki telah membayar 1,4 miliar dolar AS.

Komentar Erdogan muncul dalam kutipan yang dirilis sebelum wawancara lengkap yang disiarkan Minggu, (26/9/2021).

Sebagai anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Turki dikeluarkan dari program F-35 dan pejabat pertahanannya dijatuhi sanksi setelah membeli sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia.

AS sangat keberatan dengan penggunaan sistem Rusia dalam NATO dan mengatakan itu menimbulkan ancaman bagi F-35.

Turki mengatakan peluru kendali pertahanan udara S-400 dapat digunakan secara independen tanpa diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan karena itu tidak menimbulkan risiko.

Washington juga menjatuhkan sanksi kepada Turki pada 2020 berdasarkan undang-undang AS tahun 2017 yang bertujuan untuk menahan kembalinya pengaruh Rusia di dunia.

Langkah itu menandai pertama kalinya aturan AS yang dikenal sebagai CAATSA, digunakan untuk menghukum sekutu Washington.

Tapi Erdogan tetap menantang.

“Tentu saja, tentu saja, ya,” kata Erdogan setelah menyatakan Turki akan membuat pilihan pertahanannya sendiri, sebagai tanggapan atas pertanyaan Brennan tentang apakah Turki akan membeli lebih banyak S-400.

Baca Juga: Erdogan Coba Dekati Rusia Setelah Gagal Berdialog dengan Amerika Serikat

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di Sesi ke-76 Majelis Umum PBB, Selasa, 21 September 2021 di markas besar PBB. (Sumber: Eduardo Munoz/Pool Photo via AP)

Sebelum meninggalkan New York, Erdogan mengatakan kepada wartawan bahwa hubungan kerjanya dengan Presiden AS Joe Biden tidak dimulai dengan mulus, meskipun dia memiliki hubungan kerja yang baik dengan pemimpin AS selama 19 tahun di pucuk pimpinan Turki.

"Saya tidak bisa dengan jujur mengatakan ada proses yang sehat dalam hubungan Turki-Amerika Serikat," kata kantor berita Anadolu Agency mengutip Erdogan, Kamis, (25/09/2021).

Kedua pemimpin tidak bertemu untuk pembicaraan bilateral di sela-sela sidang Majelis Umum PBB.

Sejak kemenangan Biden dalam pemilihan presiden AS, mereka bertemu hanya sekali pada Juni lalu di pertemuan puncak NATO di mana mereka membahas kemungkinan Turki mengamankan dan mengoperasikan Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul.

Tapi hal itu telah ditangguhkan sejak Taliban menguasai Afghanistan.

Erdogan juga mengatakan kepada media Turki bahwa negaranya akan membeli sistem pertahanan rudal baru jika diperlukan dan sebenarnya juga sudah mengembangkan rudal sendiri.

Isu peluru kendali merupakan salah satu dari beberapa masalah yang mencuat dalam hubungan Turki-AS.

Selain soal peluru kendali, kedua negara juga tidak sepakat dalam hal catatan hak asasi manusia Turki, dukungan AS untuk kaum separatis Kurdi Suriah yang dianggap Ankara sebagai teroris, dan kebijakan AS untuk terus menerima seorang ulama yang dituduh merencanakan kudeta yang gagal terhadap pemerintahan Erdogan pada 2016.

Sementara itu, Erdogan dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 29 September di Sochi, Rusia.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU