Nasib Orang Yahudi Terakhir di Afghanistan, Tak Takut Taliban namun Khawatir Diculik ISIS
Kompas dunia | 10 September 2021, 21:42 WIBKABUL, KOMPAS.TV - Anggota komunitas Yahudi terakhir di Afghanistan telah pergi meninggalkan negara itu.
Associated Press melaporkan pada Kamis (9/9/2021) bahwa kepergian orang Yahudi beriringan dengan gelombang ribuan pengungsi yang meninggalkan Afghanistan usai Taliban mengambil alih negara itu pada Agustus lalu.
Orang Yahudi tersebut bernama Zebulon Simentov. Pria berusia 62 tahun ini tinggal di Sinagoge dengan kondisi bangunan yang menyedihkan di Kabul. Simentov dievakuasi bersama 29 tetangganya, kebanyakan perempuan dan anak-anak.
Evakuasi Simentov dilakukan oleh penyedia jasa keamanan yang dimiliki Moti Kahana, seorang pebisnis Israel-Amerika. Kahana mengatakan bahwa Simentov dan 29 tetangganya diungsikan ke “negara tetangga”.
Alasan evakuasi Simentov bukan karena ia takut Taliban. Menurut Kahana, ia tidak khawatir dengan kepemimpinan kelompok tersebut.
Namun, Kahana mengingatkannya akan risiko diculik atau dibunuh oleh kelompok ISIS yang lebih ekstrem dan radikal. Kata dia, para tetangga juga mendesak Simentov untuk pergi agar anak-anak mereka bisa turut serta.
Baca Juga: Pemukim Yahudi Ilegal Bentrok dengan Jamaah Palestina di Masjid Al Aqsa
Simentov sendiri pernah merasakan era Taliban pada 1996-2001. Ia juga melalui perang dua dekade di Afghanistan.
Ia pun enggan pergi ketika jumlah komunitas Yahudi Afghanistan berkurang drastis pada abad 20. Pria yang lahir di Herat, Afghanistan, pada 1959 ini bersikeras bahwa negara itu adalah rumahnya.
Manuskrip berbahasa Ibrani yang ditemukan di utara Afghanistan mengindikasikan bahwa komunitas Yahudi berkembang di daerah itu sekitar 1.000 tahun silam.
Pada akhir abad 19, Afghanistan ditempati sekitar 40.000 Yahudi, kebanyakan di antaranya Yahudi Persia yang menolak dipaksa pindah agama oleh Iran.
Kemerosotan komunitas Yahudi Afghanistan dimulai pada 1948 ketika mereka eksodus ke negara Israel yang baru dibuat.
Dalam wawancara kepada Associated Press pada 2009, Simentov mengklaim bahwa keluarga Yahudi terakhir meninggalkan Afghanistan setelah invasi Uni Soviet pada 1979.
Taliban sendiri dikenal menerima kehadiran Yahudi di wilayah yang dikuasai mereka. Kendati memusuhi Israel, Taliban menoleransi keberadaan Yahudi saat mereka berkuasa pada 1996-2001.
Kahana menyatakan bahwa ia menghubungi pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Israel untuk mencari permukiman tetap bagi Simentov. Istri dan anaknya saat ini bermukim di Israel.
Baca Juga: Bentrok Israel-Palestina Saat Pembubaran Aksi Warga
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV