Cerita Masyarakat Nanshan, Jejak Diaspora Indonesia di Fujian China
Kompas dunia | 12 Agustus 2021, 19:58 WIBPada malam hari, mereka menari dengan terampil diiringi lagu-lagu Indonesia di lapangan komunitas tersebut.
Hubungan dekat Nashan dengan Indonesia merupakan jembatan komunikasi antarnegara.
Sebelum pandemi, selama sekitar dua dekade, orang-orang dari Komunitas Nanshan dan Pulau Bali saling berkunjung setiap tahunnya.
Fu mengunjungi Bali untuk kali pertama pada 2001.
"Saya belajar Bahasa Indonesia dari orangtua saya dan tanpa disangka saya dapat berkomunikasi dengan warga Bali tanpa kendala apa pun," tutur Fu.
"Kami bahkan memiliki logat yang sama dan itu memberi saya rasa kesan akrab."
Cai pergi ke Bali lebih dari 10 kali sejak 1996.
Sebagai anggota inti tim kesenian di Komunitas Nanshan, Cai memimpin anggota yang lebih muda untuk menampilkan pertunjukan bagi warga Bali, bernyanyi serta menari dengan gaya yang memadukan karakter China dan Indonesia.
"Orang Indonesia keturunan China dan warga China yang ada di Indonesia belajar lebih banyak tentang China kontemporer dari jenis komunikasi ini," kata Cai.
"Mereka mengagumi kehidupan kami di China sini, khususnya semua kebijakan yang mendukung kaum lansia."
Baca Juga: Pertama Kalinya, 18 Diaspora Indonesia di Madagaskar Menerima Vaksinasi Covid-19
Selain semua aktivitas pertukaran budaya, Nanshan dan Bali saling membantu di kala susah.
"Tahun lalu ketika pandemi sedang parah di China, warga Bali memberikan banyak masker kepada kami," ujar Luo Ping, sekretaris partai Komunitas Nanshan.
"Tahun ini, giliran kami untuk memberi kepada mereka."
Menurut Luo, siswa taman kanak-kanak di Nanshan memiliki kelas untuk mempelajari bahasa, lagu, dan tarian Indonesia.
Dengan begitu, mereka dapat memahami kisah-kisah nenek moyang mereka, serta berkontribusi bagi pertukaran budaya antara China dan Indonesia di masa depan.
Pada Oktober tahun lalu dengan dukungan pemerintah setempat, Komunitas Nanshan mendirikan kawasan kuliner khas Indonesia untuk lebih mempromosikan berbagai kisah warga China perantauan.
Fu menjadi salah satu orang pertama yang membuka restoran di kawasan itu.
Kini, siapa pun yang menyusuri jalanan di sepanjang kawasan itu akan mencium aroma berbagai masakan Indonesia.
Tidak jauh dari kawasan kuliner ini, terdapat taman adat masyarakat Indonesia yang selesai dibangun dalam setahun.
Fu mengatakan, saat pandemi berakhir nanti, ia akan pergi ke Bali untuk membeli tidak saja rempah-rempah bagi restorannya, tetapi juga dua patung batu khas Bali, kemudian meletakkan kedua patung tersebut di depan gerbang taman adat itu.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Antara/Bali Post