Mia Khalifa Kecam Gal Gadot Sebagai Boneka Barbie Genosida Atas Komentar Soal Gaza di Sosial Media
Kompas dunia | 20 Mei 2021, 07:15 WIBAUSTIN, KOMPAS.TV - Mantan aktris dewasa yang sudah bertaubat dari industri film dewasa asal Lebanon-Amerika yang juga pendukung Palestina, Mia Khalifa, mencerca pendirian aktris film laga asal Israel, Gal Gadot, tentang eskalasi konflik paling sengit dalam hampir satu dekade terakhir, seperti dilansir Newsweek, Kamis, (20/05/2021)
Sebagai salah satu aktris Israel yang paling terkenal, bintang Wonder Woman itu mengutuk konflik tersebut di Instagram pada 13 Mei dan mengatakan Israel dan tetangganya masing-masing berhak menjadi "negara yang bebas dan aman."
"Hati saya hancur. Negara saya sedang berperang. Saya mengkhawatirkan keluarga saya, teman-teman saya," tulisnya.
Sebelum karir aktingnya, Gadot bertugas di Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Melalui Twitter minggu ini, Mia Khalifa memposting ulang berita Wonder Woman 1984 kembali ke HBO Max dengan judul: "kami meminta #SnyderCut, bukan Barbie Genosida."
Newsweek telah menghubungi perwakilan Gadot untuk memberikan komentar.
Baca Juga: Mia Khalifa Berikan Dukungan untuk Palestina, Sebut Gaza Berupaya Dilenyapkan dari Peta
Gadot atas cuitannya kontan menerima kritik di kedua sisi konflik, dengan Yair Netanyahu, putra Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengutuk posisi "netral" Gal Gadot dalam situasi tersebut.
Gadot melanjutkan dalam postingnya tentang kerusuhan: "Ini adalah lingkaran setan yang telah berlangsung terlalu lama. Israel berhak hidup sebagai bangsa yang merdeka dan aman, tetangga kita berhak mendapatkan hal yang sama. Saya berdoa untuk para korban serta permusuhan mereka lekas berakhir, saya berdoa agar para pemimpin kita menemukan solusi sehingga kita bisa hidup berdampingan dalam damai. Saya berdoa untuk hari-hari yang lebih baik."
Pesan itu mendorong Yair Netanyahu untuk mengatakan aktris itu bertindak lebih Swiss daripada Israel dengan kata-katanya, merujuk pada fakta negara Swiss secara historis netral dalam sejumlah konflik.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV