Niger di Afrika Barat Lantik Presiden dalam Transfer Kekuasaan Pertama Secara Demokratis
Kompas dunia | 3 April 2021, 01:43 WIBNIAMEY, KOMPAS.TV - Niger melantik presiden baru, Mohamed Bazoum, dalam transfer kekuasaan demokratis pertama negara Afrika Barat itu. Associated Press Sabtu, (03/04/2021) melaporkan, pelantikan Presiden Mohamed Bazoum yang baru terpilih pada hari Jumat itu terjadi beberapa hari setelah pasukan keamanan Niger menggagalkan percobaan kudeta militer di istana presiden semalam dari Selasa hingga Rabu.
Niger beberapa waktu terakhir menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya dari ekstremis Islam di dekat perbatasannya yang bermasalah dengan Mali.
Bazoum menggantikan Presiden Mahamadou Issoufou yang mengundurkan diri setelah menjalani dua masa jabatan, sesuai dengan konstitusi Niger. Keputusan Issoufou untuk menghormati konstitusi telah dipuji secara luas dan membuka jalan bagi transfer kekuasaan demokratis dan damai pertama Niger sejak kemerdekaannya dari Prancis pada tahun 1960.
Niger telah mengalami empat kudeta. Bazoum berjanji untuk menjadi "Presiden terpilih untuk semua warga Nigeria" dalam pidato pelantikannya pada hari Jumat.
Sementara berjanji untuk melestarikan persatuan dan persaudaraan rakyat Niger, Presiden Bazoum mengatakan dia siap untuk musyawarah dengan para pemimpin oposisi dalam "dialog konstruktif yang diperlukan untuk mempromosikan iklim politik yang damai, yang menguntungkan bagi kepentingan negara kita."
Baca Juga: Teror Penembakan di Kantor Presiden Niger Ternyata Terkait Upaya Kudeta
Saingan utamanya dalam pemilu, Mahamane Ousmane, telah menolak hasil pemilu dengan tuduhan penipuan. Pendukung Ousmane juga sudah menggelar demonstrasi massal.
“Saya akan menjadi Presiden Republik dalam perdamaian, kemajuan dan kebahagiaan rakyat Niger” dan benua Afrika, kata Bazoum.
Bazoum adalah penerus pilihan Issoufou dan menteri Kabinet lama yang berasal dari etnis minoritas Arab di Niger. Dia adalah mantan menteri dalam negeri di Niger dengan latar belakang pendidikan dan profesi sebagai seorang guru.
Namun, kekhawatiran meningkat bahwa pelantikan tersebut dapat memicu lebih banyak kekerasan di Niger.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV