> >

WHO: Program Vaksinasi Eropa Berjalan Sangat Lambat, Beresiko Memperpanjang Pandemi

Kompas dunia | 2 April 2021, 09:43 WIB
Seorang warga Prancis mendapatkan vaksin Covid-19 di Paris, Prancis, Senin (29/3/2021). Pada Kamis (1/4/2021), WHO mengkritik lambatnya program vaksinasi yang berjalan di Eropa. (Sumber: Associated Press)

LONDON, KOMPAS.TV - Program imunisasi Covid-19 negara-negara Eropa berjalan sangat lambat dan berisiko memperpanjang pandemi. Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Kamis (1/4/2021).

Dr. Hans Kluge, Direktur Regional WHO Untuk Eropa mengatakan, vaksin merupakan jalan terbaik untuk keluar dari pandemi. Namun dia mencatat, hingga saat ini hanya 10% dari populasi Eropa yang menerima satu dosis vaksin dan hanya 4% dari populasi di Eropa yang telah mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19.

“Selama cakupan vaksinasi tetap rendah, kami perlu menerapkan tindakan kesehatan dan sosial publik yang sama seperti yang kami lakukan di masa lalu,” kata Kluge seperti dikutip dari the Associated Press.

Baca Juga: Bantuan Uni Eropa untuk Kelompok Rentan Gunungkidul di Tengah Pandemi Covid-19

Kluge memperingatkan pemerintah Eropa agar tidak memiliki rasa aman yang palsu karena telah memulai program imunisasi mereka. Dia mencatat bahwa Eropa tetap menjadi wilayah yang paling terkena dampak terbesar kedua di dunia, dalam hal infeksi dan kematian akibat virus corona.

WHO mengatakan infeksi Covid-19 meningkat di setiap kelompok usia, kecuali mereka yang berusia di atas 80 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa upaya vaksinasi memiliki dampak pada perlambatan wabah.

Oleh sebab itu, Badan kesehatan PBB mengatakan, tetap harus dilakukan tindakan dini untuk menghentikan penyebaran virus, jika program vaksinasi masih berjalan lambat.

Dengan meningkatnya pasien rawat inap di Paris, Presiden Prancis Emmanuel Macron memberlakukan langkah-langkah baru untuk memerangi kebangkitan virus corona. Kebijakan yang dia lakukan adalah penutupan sekolah selama tiga minggu dan larangan untuk melakukan perjalanan domestik.

Baca Juga: Usai Distop Karena Kasus Pembekuan Darah, Sejumlah Negara Eropa Lanjutkan Vaksinasi Astrazeneca

WHO mengatakan ada 1,6 juta kasus baru dan hampir 24.000 kematian di wilayah Eropa pekan lalu. Menurut data dari Universitas John Hopkins, sebanyak 27 negara Uni Eropa telah mencapai lebih dari 612.000 kematian terkait virus corona.

Jika negara-negara Eropa lain di luar blok Uni Eropa seperti Inggris, Rusia dan Swiss ikut dihitung, maka jumlah kematian di Eropa telah mencapai lebih dari 928.000 orang.

“Situasi di kawasan ini lebih mengkhawatirkan daripada yang kita lihat dalam beberapa bulan terakhir,” kata Dr. Dorit Nitzan, Manajer Darurat WHO Eropa.

"Banyak negara menerapkan kebijakan baru yang diperlukan dan setiap orang harus mengikuti sebanyak yang mereka bisa," kata Nitzan.

Kluge juga mengatakan pesannya kepada negara-negara Eropa, bahwa sekarang bukan waktu untuk bersantai.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU