Pembantaian yang Dilakukan Junta Militer Myanmar Kian Masif, AS Mengutuk Keras
Kompas dunia | 28 Maret 2021, 08:58 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) mengutuk keras langkah junta militer Myanmar yang semakin masif membantai demonstran yang menentang kudeta.
Dilaporkan telah terjadi pembunuhan lebih dari 100 orang pada saat junta militer merayakan Hari Angkatan Bersenjata, Sabtu (27/3/2021).
Itu pun menjadi jumlah korban jiwa terbanyak dalam satu hari sejak kudeta dilakukan junta militer pada 1 Februari.
Baca Juga: Sebut Orbat Herbal Bisa Sembuhkan Covid-19, Akun Facebook Presiden Venezuela Dibekukan
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengungkapkan pihaknya merasa ngeri dengan apa yang dilakukan junta militer Myanmar dan mengutuk keras apa yang mereka lakukan.
“Itu menunjukkan junta akan mengorbankan banyak nyawa rakyat, hanya untuk melayani beberapa,” kata Blinken dikutip dari BBC.
“Keberanian masyarakat Myanmar menolak rezim militer yang penuh dengan teror,” tambahnya.
Baca Juga: Lagi, 16 Demonstran Myanmar Tewas, Jubir Anti-Militer: Hari yang Memalukan buat Angkatan Bersenjata
Kedutaan Besar AS sebelumnya mengungkapkan tentara dan polisi telah membunuhi masyarakat yang tak bersenjata.
Sementara itu, delegasi Uni Eropa untuk Myanmar mengatakan, Hari Angkatan Bersenjata itu akan tetap terukir sebagai hari teror dan aib.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres bahkan mengaku sangat terkejut dengan pembunuhan tersebut.
Baca Juga: Spanyol Uji Coba 4 Hari Kerja Seminggu, Dorong Efisiensi dan Produktivitas serta Genjot Konsumsi
Sedangkan Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab menegaskan hal itu sebagai titik rendah yang baru bagi junta militer Myanmar.
Sebelumnya, junta militer memang telah mengeluarkan ancaman jika demonstrasi dilakukan saat Hari Angkatan Bersenjata.
Mereka menegaskan para demonstran harus siap untuk ditembak di kepala atau dari belakang.
Baca Juga: 114 Rakyat Myanmar Dibunuh Tentara di Hari Angkatan Bersenjata, Sabtu, Total Sudah 440 Orang Tewas
Meski jumlah korban jiwa terus meningkat, rakyat Myanmar tampaknya tak akan berhenti menyuarakan aspirasinya agar demokrasi kembali ke negara itu.
“Mereka membunuhi kami seperti burung atau ayam, bahkan di rumah kami. Meski begitu kami akan tetap melakukan demonstrasi,” ujar salah satu pendudung Kota Myingyan, Thu Ya Zaw.
Saat ini diperkirakan korban jiwa setelah kudeta Myanmar terjadi pada 1 Februari telah mencapai leih dari 400 orang.
Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV