Jadi Perhatian Dunia, Ini Tanggapan Pemimpin Negara Persemakmuran Tentang Wawancara Harry dan Meghan
Kompas dunia | 10 Maret 2021, 03:39 WIB"Saya pikir masalah seputar konstitusi Selandia Baru adalah sesuatu yang sangat penting. Namun (diskusi tentang konstitusi) bukan berdasarkan pada wawancara dengan anggota keluarga kerajaan Inggris. Ketika diskusi itu muncul untuk warga Selandia Baru, itu karena memang menjadi kepentingan terbaik kami dan bukan karena ada (kepentingan) yang lain," kata Ardern pada Senin (8/3/2021).
Ketika ditanya wartawan tentang pendapatnya apakah keluarga kerajaan Inggris telah berperilaku rasis? Ardern menjawab, "Dengar, sejujurnya saya tidak berpikir bahwa saya memiliki posisi khusus untuk menanggapi wawancara dengan anggota keluarga kerajaan dan Oprah secara relevan. Ini benar-benar masalah mereka dan bukan untuk mendapat komentar dari saya," ujarnya seperti dikutip dari the Associated Press.
Selandia Baru juga merupakan negara persemakmuran Inggris. Wawancara dengan Pangeran Harry dan Meghan mendapat perhatian luas di negara ini, dimana di Selandia Baru, wawancara ini baru ditayangkan di televisi pada Selasa (9/3/2021) malam. Setelah wawancara selama dua jam itu, diadakan diskusi dan pembahasan yang cukup panjang di televisi, untuk mengulas tentang keadaan yang dihadapi Pangeran Harry dan Meghan Markle.
Baca Juga: Dari Pengakuan Meghan Markle Bisa Ditelusuri: Bukan Sekali Ini Saja Royal Family Bersikap Rasis
Sedangkan di Australia, Mantan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull juga ikut angkat bicara.
"Ini jelas tidak bahagia, mereka keluarga yang tidak bahagia, atau setidaknya Meghan dan Harry sangat tidak bahagia. Kedengarannya sangat menyedihkan. Dengar, tidak peduli seberapa tinggi tingkat bangsawannya, penderitaan manusia dan kehancuran keluarga, perbedaan pendapat dan sebagainya, semuanya sangat nyata. Semua orang bisa merasakannya, jadi saya pikir banyak orang akan merasa sangat sedih tentang kejadian yang diungkapkan dalam wawancara itu," ujar Turbull.
Mengenai perlukah Australia tetap menggunakan konstitusi Inggris yang sarat dengan rasisme, menurutnya pembahasan itu bisa saja dilakukan.
"Kami meninjau kembali masalah Republik sepanjang waktu, berita seperti itu selalu muncul. Maksud saya, ini negara kami, ini konstitusi kami, dan kepala negara kami harus warga negara Australia, harus menjadi salah satu dari kami, bukan Ratu atau Raja Inggris Raya. Jadi, merupakan tujuan patriotik yang sederhana untuk menjadikan warga negara Australia sebagai kepala negara kita. Kita harus sangat bangga dengan negara kita dan sesama rekan senegara dan para perempuan kita, sehingga kita harus mengatakan 'hanya orang Australia yang memenuhi syarat yang bisa menjadi kepala negara '. Hanya orang Australia yang memenuhi syarat untuk menjadi perdana menteri kami, jadi mengapa harus berbeda?" ujarnya.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV