Survei Menyebut Banyak Orang Rusia Percaya Virus Corona Adalah Senjata Biologi
Kompas dunia | 7 Maret 2021, 09:14 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Setelah satu tahun pandemi berlangsung, ternyata masih banyak orang di Rusia yang percaya bahwa virus corona sengaja diciptakan sebagai senjata biologi. Seperti dilansir Reuters, Minggu, (07/03/2021), survei terbaru di Rusia menunjukkan lebih dari 60% respondennya meyakini hal tersebut.
Jajak pendapat terbaru di Rusia menunjukkan bahwa hampir dua pertiga orang Rusia tidak bersedia menerima vaksin Sputnik V, yang merupakan buatan dalam negeri. Tidak hanya itu, banyak orang Rusia yang meyakini bahwa virus corona merupakan senjata biologi.
The Levada Center, sebuah lembaga jajak pendapat nonpemerintah dan organisasi penelitian sosiologis Rusia pada hari Senin (01/03/2021) merilis hasil penelitian mereka yang dilakukan bulan lalu.
Jajak pendapat yang dilakukan Levada mencakup 1.601 orang responden yang berasal dari 50 wilayah berebeda di seluruh penjuru Rusia.
Dikutip dari Reuters, jajak pendapat Levada menunjukkan bahwa 62% orang tidak ingin menerima vaksin Sputnik V buatan dalam negeri. Mayoritas penolak ada di rentang usia antara 18 hingga 24 tahun.
Baca Juga: Regulator Obat-Obatan Uni Eropa Mulai Kaji Vaksin Sputnik V Rusia
Dilaporkan bahwa mayoritas responden meragukan vaksin Sputnik V karena adanya efek samping seperti demam dan kelelahan yang muncul pasca vaksinasi.
Selain meragukan khasiat Sputnik V, sebanyak 64% responden juga masih percaya bahwa virus corona yang menyebar ke seluruh dunia saat ini merupakan senjata biologi.
Keyakinan mengenai status virus corona sebagai senjata biologi cukup dominan di Rusia, terutama di masyarakat usia 40 hingga 54 tahun. Survei menunjukkan 71% di antara mereka benar-benar yakin akan teori tersebut. Sementara hanya 23% yang percaya bahwa virus memang muncul secara alami.
WHO sendiri telah mengirim tim peneliti khusus ke Wuhan untuk menyelidiki asal-usul virus. Hipotesis utamanya adalah bahwa virus itu berasal dari kelelawar.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV