Biden Sedang Siapkan Senjata Canggih untuk Perang Baru Lawan China
Kompas dunia | 2 Maret 2021, 15:58 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sedang menyiapkan "senjata" baru dalam adu kuat geopolitik dengan China.
Para pejabat Amerika berharap senjata ini dapat menjadikan Amerika sebagai "tekno-demokrasi" mengungguli "tekno-autokrasi" China.
Senjata ini berupa pengembangan chip, kecerdasan buatan (AI) dan teknologi jaringan paling mutakhir. Amerika akan menempatkan senjata ini di Asia.
Baca Juga: Moskow Peringatkan Reaksi Balasan atas Sanksi Uni Eropa Terhadap Rusia Atas Kasus Navalny
"Ada kesadaran baru soal pentingnya peran semikonduktor dalam pertarungan geopolitik ini karena chip melandasi seluruh teknologi di era modern,” kata Lindsay Gorman, pakar teknologi baru dari German Marshall Fund of United States, dikutip dari Bloomberg.
Sebelumnya, pasokan microchip global menepis mendadak saat pandemi Covid-19 mulai melanda. Padahal, berbagai teknologi, seperti mobil, ponsel, dan lemari es membutuhkan microchip.
“Kita semua memahami bahwa ini penting, tidak hanya bagi perekonomian kita, tetapi juga bagi keamanan nasional kita. Karena semikonduktor mutakhir dan canggih ini beroperasi pada segala hal mulai dari pesawat tempur siluman generasi kelima F-35 hingga ponsel kita,” kata Senator John Cornyn dari Partai Republik Texas.
Salah satu penyebab langkanya pasokan microchip global adalah tindakan penimbunan China dan lonjakan permintaan selama pandemi. Karena kelangkaan microchip ini, beberapa produsen mobil Amerika terpaksa menutup pabriknya.
Hal ini memperlihatkan lemahnya rantai pasok industri Amerika. Saat ini, perusahaan-perusahaan Amerika masih bergantung pada produsen-produsen asal Asia.
Baca Juga: Peneliti Kembali Temukan Pekerja di Pabrik Pemasok Samsung dan Apple Idap Kanker
Di sisi lain, China telah bergerak lebih maju. Mereka membangun infrastruktur internetnya sendiri, tak seperti Amerika. China juga melarang banyak perusahaan media dan jejaring sosial Amerika seperti Twitter dan Facebook.
Penulis : Ahmad-Zuhad
Sumber : Kompas TV