> >

Mengkhawatirkan! Ketegangan AS dan China Menuju Konflik Besar di Laut China Selatan

Kompas dunia | 9 Februari 2021, 17:43 WIB
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyampaikan pidato Tahun Baru di Taipei, Taiwan, Selasa, 9 Februari 2021. Saat Angkatan Laut AS menegaskan kehadirannya di Laut Cina Selatan, pemimpin Taiwan mengatakan hubungannya dengan Washington tetap solid selama transisi dari Trump ke pemerintahan Biden. (Sumber: Associated Press)

NEW YORK, KOMPAS.TV – Amerika Serikat (AS) dan China diperkirakan sedang menuju konflik besar karena Taiwan. Bahkan diperkirakan, masalah ini dapat menjadi pendorong terjadinya perang di Laut China Selatan.

Hal ini diungkapkan oleh Dian Choyleva, Kepala Ekonom di Enodo Economics, dalam tulisannya di Financial Times. Tim risetnya meyakini, peluang untuk menghindari konflik di Taiwan telah turun secara dramatis.

Dikutip dari Express.co.uk, ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut telah meningkat selama sebulan terakhir. Pada bulan Januari, jet militer milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan serangan rudal simulasi terhadap kapal induk Amerika, USS Theodore Roosevelt, saat berpatroli di perairan dekat Taiwan. 

Lebih lanjut, Kementerian Pertahanan China mengeluarkan pernyataan keras kepada Taiwan, Kamis lalu. "Kemerdekaan (Taiwan) berarti perang," demikian pernyataan China.

Baca Juga: AS Janji Akan Bela Negara-Negara Asia Tenggara di Laut China Selatan

Presiden China Xi Jinping, kini terlihat semakin tegas dan percaya diri untuk membawa Taiwan kembali ke pangkuan China.

Menurut Choyleva, AS kemungkinan akan turut campur tangan dalam konflik antara China dan Taiwan ini.

"Pejabat AS telah lama mengadopsi 'ambiguitas strategis' ketika ditanya apakah mereka akan datang untuk menyelamatkan Taiwan jika terjadi aksi militer China. Jika pemaksaan China diperpanjang hingga blokade ekonomi besar-besaran di Taiwan, Washington mungkin akan campur tangan," ujarnya dalam tulisan di Financial Times.

Choyleva juga menjelaskan, selain taruhan ekonomi, jika disisihkan, AS bisa kehilangan status sebagai kekuatan utama Asia-Pasifik. Menurutnya, Pemerintahan Biden sejauh ini terjebak pada kebijakan garis keras Donald Trump di China.

"Ini menanggapi serangan udara provokatif dengan menyerukan Beijing untuk berhenti mengintimidasi Taiwan, dan menggambarkan hubungannya dengan Taipei sebagai 'sekuat batu'. Biden juga melanggar preseden dengan mengundang perwakilan Taiwan dari Washington ke upacara pelantikannya," paparnya.

Namun, menurut Choyleva, meski disibukkan dengan masalah di dalam negeri, Biden ingin menghindari aksi provokasi terhadap Xi Jinping atas masalah tersebut.

Baca Juga: Tentara AS Masuk Laut China Selatan, China: Tak Baik Untuk Perdamaian

Dia menjelaskan, ujian terpenting akan terjadi jika Biden memasukkan Taiwan ke dalam KTT demokrasi yang ditetapkan untuk tahun pertama kepresidenannya.

“Mengundang Taiwan akan membuat marah Beijing dan Xi Jinping akan berada di bawah tekanan untuk menanggapi. Atas dasar rasional, konfrontasi apa pun tidak akan diizinkan untuk meningkat," ujarnya.

Choyleva juga menambahkan, "Seperti yang diamati oleh sejarawan Yunani dan jenderal Thucidydes, pendorong perang adalah ketakutan, kehormatan, dan keuntungan – dan kini semuanya meningkat."

Penulis : Tussie-Ayu

Sumber : Kompas TV


TERBARU