Bentrokan Berdarah di Darfur Sudan Telan 129 Korban Jiwa
Kompas dunia | 19 Januari 2021, 00:40 WIBKAIRO, KOMPAS.TV – Korban tewas akibat bentrokan antara warga Arab dan non-Arab di kawasan Darfur barat, Sudan telah mencapai 129 orang, termasuk anak-anak dan perempuan, demikian diungkapkan para dokter dan pekerja kemanusiaan pada Senin (18/1) seperti dikutip dari Associated Press.
Bentrokan berdarah yang terjadi di Provinsi Darfur Barat, Sudan ini bermula dari perkelahian di sebuah kamp pengungsi di Genena, ibukota Darfur Barat pada Jumat (15/1), dan kemudian memanas dan berlangsung hingga Minggu (17/1).
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, bentrokan antara anggota suku Arab Rizeigat dan suku non-Arab Massalit itu telah memaksa setidaknya 50.000 orang mengungsi.
Baca Juga: Bentrokan Berdarah di Darfur Sudan Tewaskan 32 orang dan Lukai Puluhan Lainnya
Komite dokter di provinsi tersebut mengatakan, bentrokan berdarah itu telah menewaskan sedikitnya 129 orang dan melukai 189 lainnya, termasuk para bayi yang baru lahir. Di antara korban tewas terdapat seorang warga negara Amerika Serikat (AS) bernama Saeed Baraka dari Atlanta, yang tengah mengunjungi keluarganya di Darfur.
Menurut para dokter, jumlah korban tewas dalam bentrokan berdarah yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini, diperkirakan akan terus bertambah.
“Skala krisis di Darfur Barat ini tidak terbayangkan. Pemerintahan transisi seharusnya mengambil alih tanggung jawab dan menyatakan provinsi ini sebagai area bencana," demikian bunyi pernyataan komite para dokter. Komite ini merupakan bagian dari Asosiasi Profesional Sudan yang memelopori pemberontakan populer yang pada akhirnya menyebabkan penggulingan presiden otokratis yang lama memimpin, Omar Al-Bashir oleh militer pada April 2019.
Baca Juga: Nasib Ribuan Pengungsi di Yida, Sudan, Selama Pandemi Covid-19
Adam Regal, juru bicara sebuah organisasi lokal yang membantu mengelola kamp-kamp pengungsi di Darfur mengatakan, pihak keluarga korban mulai menguburkan para anggota keluarga mereka yang tewas dalam bentrokan berdarah tersebut usai bentrokan mereda. Namun, ia memperingatkan adanya kemungkinan bentrokan baru.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyatakan, perkiraan awal menunjukkan setidaknya sekitar 50.000 orang mengungsi akibat bentrokan tersebut. Mereka mengungsi di gedung-gedung sekolah dan pemerintahan. Perlindungan, tempat penampungan dan makanan menjadi kebutuhan mendesak di Darfur Barat sekarang.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV