Astronom Rilis Peta 2D Raksasa Alam Semesta
Kompas dunia | 15 Januari 2021, 20:14 WIBBEIJING, KOMPAS TV - Sebuah tim penelitian internasional merilis peta raksasa alam semesta dalam format dua dimensi (2D), seperti diungkapkan Observatorium Astronomi Nasional China (National Astronomical Observatories of China/NAOC) yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China seperti dilansir Xinhua pada Kamis (14/01/2021).
Dilakukan oleh Survei Angkasa Beijing-Arizona (Beijing-Arizona Sky Survey/BASS) di bawah NAOC bersama Instrumen Spektroskopi Energi Gelap (Dark Energy Spectroscopic Instrument/DESI), studi tersebut membuka jalan bagi survei spektroskopi energi gelap generasi baru mendatang.
Hampir 200 peneliti dari NAOC dan DESI bersama-sama mengamati galaksi dan menganalisis data selama enam tahun terakhir. Mereka menyatukan gambar-gambar yang diamati tersebut dan membuat peta 2D raksasa alam semesta.
Baca Juga: Terus Melonjak, Kini China Rawat Lebih Dari 1.000 Orang Karena Covid-19
Peta itu mencakup separuh ukuran angkasa, terbentang lebih dari 10 triliun piksel secara digital, dan terdiri dari sekitar 2 miliar objek, kata Zou Hu dari NAOC.
Hasil observasi astronomi mengungkap bahwa alam semesta mengalami perluasan dan tampak berakselerasi. Kekuatan yang mendorong perluasan itu disebut energi gelap oleh para astronom, menurut Zhao Gongbo, Wakil Direktur NAOC yang juga merupakan anggota tim DESI.
Energi gelap mencakup sekitar 68 persen dari alam semesta dan masih menjadi misteri, kata Zhao.
Dengan mengukur pergeseran merah (redshift) galaksi dalam skala besar, yang biasanya dianggap sebagai bukti adanya perluasan kosmis, para astronom dapat menggambarkan sebaran material kosmis dalam bentuk 3D dan mengungkap bagaimana dampak energi gelap terhadap perluasan tersebut.
DESI akan melakukan misi selama lima tahun untuk mengumpulkan data pergeseran merah jutaan galaksi dan membuat peta 3D terbesar alam semesta, imbuh Zhao, seraya mengatakan bahwa langkah itu diharapkan akan memecahkan misteri energi gelap.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV