NATO Kewalahan Jika AS Tarik Sebagian Pasukan Dari Afghanistan
Kompas dunia | 18 November 2020, 04:46 WIBBRUSSELS, KOMPAS.TV – North Atlantic Treaty Organization (NATO) akan mengalami kerugian jika Amerika Serikat (AS) meninggalkan pertempuran di Afghanistan terlalu dini. Pada Selasa (17/11/2020), AS mengumumkan akan menarik sebagian pasukannya dari Afghanistan dan Irak.
NATO memiliki sekitar 12.000 pasukan dari puluhan negara yang ditugaskan ke Afghanistan. Lebih dari setengahnya bukanlah pasukan AS, tapi aliansi 30 negara itu sangat bergantung pada AS untuk transportasi, dukungan udara, logistik, dan bantuan lainnya.
“Kami sekarang menghadapi keputusan yang sulit. Kami telah berada di Afghanistan selama hampir 20 tahun, dan tidak ada sekutu NATO yang ingin tinggal lebih lama dari yang diperlukan. Tetapi pada saat yang sama, kami akan membayar harga yang sangat tinggi jika pergi terlalu cepat,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, seperti dilansir dari the Associated Press.
Baca Juga: AS Umumkan Penarikan Sebagian Pasukan di Irak dan Afghanistan
Dia mengatakan Afghanistan masih berisiko menjadi wadah bagi teroris internasional untuk merencanakan dan mengatur serangan di wilayah NATO. Dan ISIS dapat membangun kembali kekhalifahan di Afghanistan, yang sebelumnya telah hilang di Suriah dan Irak.
Keputusan AS untuk mengurangi jumlah pasukan di Afghanistan dan Irak, datang hanya beberapa hari setelah Trump memasang daftar loyalis baru di posisi teratas Pentagon. Rencananya, Trump akan mengurangi jumlah pasukan AS hampir setengahnya pada 15 Januari.
NATO mengambil alih upaya keamanan internasional di Afghanistan pada tahun 2003, dua tahun setelah koalisi pimpinan AS menggulingkan Taliban karena menyembunyikan mantan pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden.
Pada 2014, mereka mulai melatih dan memberi masukan kepada pasukan keamanan Afghanistan.
Stoltenberg mengatakan, meski AS mengurangi pasukan di Afghanistan, namun NATO akan tetap melanjutkan misinya untuk melatih, memberi masukan dan membantu pasukan keamanan Afghanistan.
“Kami juga berkomitmen untuk mendanai mereka hingga 2024,” ujarnya
Operasi keamanan NATO di Afghanistan adalah upaya terbesar dan paling ambisius yang pernah ada. Upaya ini diluncurkan setelah aliansi militer mengaktifkan klausul pertahanan bersama dan memobilisasi sekutu untuk mendukung Amerika Serikat setelah serangan 9/11 di New York dan Washington.
Baca Juga: Di Akhir Masa Jabatan, Trump Akan Kurangi Pasukan di Afghanistan dan Irak
"Ratusan ribu tentara dari Eropa dan sekitarnya telah berdiri bahu membahu dengan pasukan Amerika di Afghanistan, dan lebih dari 1.000 dari mereka telah membayar dengan harga tertinggi," kata Stoltenberg.
"Kami pergi ke Afghanistan bersama. Dan jika waktunya tepat, kami harus pergi bersama dengan cara yang terkoordinasi dan teratur. Saya mengandalkan semua sekutu NATO untuk memenuhi komitmen ini, demi keamanan kami sendiri," tambahnya.
Amerika Serikat sejauh ini adalah sekutu NATO terbesar dan paling berpengaruh. AS menghabiskan anggaran pertahanan lebih banyak daripada gabungan semua negara lain.
Baca Juga: Universitas Kabul di Afghanistan Diserang, 19 Tewas, 22 Terluka
Tetapi masa jabatan Trump merupakan waktu yang sangat kacau bagi NATO. Trump kerap mencaci para pemimpin lain karena tidak menganggarkan dana yang cukup untuk pertahanan.
AS juga menarik diri dari perjanjian keamanan yang dianggap penting oleh sekutu Eropa dan Kanada untuk keamanan mereka, seperti kesepakatan nuklir Iran dan pakta pengawasan udara.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV