Universitas Kabul di Afghanistan Diserang, 19 Tewas, 22 Terluka
Kompas dunia | 2 November 2020, 23:50 WIBTidak ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, pihak Taliban mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan tersebut.
Tiadanya klaim atas pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut membuat kecurigaan mengerucut pada ISIS. Kelompok militan ekstrimis ini telah mengibarkan genderang perang di wilayah minoritas muslim Syiah dan melancarkan serangan sejak muncul di tahun 2014. Sebuah serangan mengerikan terjadi awal tahun ini di sebuah rumah sakit bersalin di Kabul. Kelompok ISIS dituding bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 25 orang, sebagian besar korban adalah para ibu dan bayi-bayi yang baru lahir.
Sekolah-sekolah juga menjadi target serangan. Tahun lalu, sebuah bom meledak di luar gerbang Universitas Kabul dan menewaskan 8 orang. Tahun 2016, militan bersenjata menyerang Universitas Amerika di Kabul dan menewaskan 13 orang.
Baca Juga: Bom Meledak di Madrasah di Pakistan, 7 Siswa Tewas, 112 Terluka
Kekerasan tak juga berhenti di tanah Afghanistan meski telah digelar pembicaraan damai antara militan Taliban dan Amerika Serikat (AS) di Qatar Februari lalu untuk menghentikan perang yang berlangsung lebih dari 4 dekade. Dalam kesepakatan ini, AS setuju untuk menarik pasukannya secara bertahap dari Afghanistan.
Sang arsitek kesepakatan damai, Zalmay Khalilzad, pekan lalu kembali ke Kabul dan mengungkapkan kekecewaan mendalam atas meningkatnya eskalasi kekerasan di Afghanistan. Senin (2/11) lalu, Khalilzad dilaporkan berada di Pakistan dan bertemu dengan kepala tentara. Meski tidak dijelaskan secara detil, namun banyak pihak menduga bahwa Khalilzad meminta Pakistan untuk membantu mendesak Taliban untuk mengurangi aksi kekerasan.
Meski kantor politis mereka berada di Qatar, namun dewan pimpinan Taliban berada di Pakistan, dan mereka terbilang kritis mendesak para pemberontak untuk mematuhi kesepakatan damai.
Baca Juga: Taliban Dikabarkan Dukung Trump Kembali Jadi Presiden AS, Mujahid Merasa Pernyataannya Dipelintir
Meski Khalilzad dan pemerintah Afghanistan menyerukan gencatan senjata, atau paling tidak pengurangan kekerasan, militan Taliban menolak dan mengatakan bahwa penghentian permanen peperangan akan menjadi bagian dari negosiasi.
Menteri Luar Negeri Pakistan mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai aksi terorisme yang tercela karena menyasar sebuah institusi pendidikan. Pekan lalu, sebuah bom bunuh diri meledak di sebuah madrasah di Pakistan dan menewaskan 8 pelajar dan melukai lebih dari 120 orang.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV