Mengenal Letkol Revilla Oulina, Prajurit TNI Wanita Pertama yang Jadi Komandan Pasukan PBB di Sudan
Kompas dunia | 24 Oktober 2020, 11:20 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Letnan Kolonel Revilla Oulina Piliang merupakan prajutit TNI wanita pertama yang ditugaskan sebagai Komandan Pasukan PBB.
Wanita yang akrab disapa Letkol Villa itu mengemban tugas sebagai pasukan perdamaian, Chief U9 Cimic Unamid di Sudan.
Chief U9 Cimic merupakan bagian dari United Nations Africa Union Mission (Unamid).
Baca Juga: Viral Pemuda Bayarkan Bagasi Seorang Ibu yang Kebingungan, Banjir Pujian Netizen
Kepada Tribun Network, Villa mengungkapkan bagaimana dirinya bisa mengemban tugas untuk perdamaian dunia di Sudan, Afrika Utara.
Wabnita berusia 46 tahun itu harus menjalani serangkaian tes di Mabes TNI, seperti tes kesehatan umum, kesehatan jiwa, komputer, tes mata, setir mobil, dan Bahasa.
Setelah lulus, dia bertugas mewakili Indonesia sebagai pasukan penjaga perdamaian di Unamid, Darfur, Sudam tepatnya di Kota Elfasher.
Baca Juga: Jusuf Kalla Bertemu Paus Fransiskus, Singgung Pentingnya Kebersamaan
“Sampai di Sudan kami dites lagi. Kalau tidak lulus dikembalikan ke negara masing-masing,” ujar Villa.
Dia mengungkapkan ada sembilan komandan dengan tugas masing-masing, dan Villa jadi satu-satunya perempuan di jajaran tersebut.
“Di Sudan, ada sembilan Chief. Chief U1 tentang personel, Chief U2 operation, Chief U3 Inteligent, Chief U4 itu logistic, Chief U5 Planning, Chief U6 Communication, Chief U7 Training, Chief U8 Engineer, Chief U9 Cimic (Civil Military Co-operation), yang ada hubungannya dengan masyarakat. Yang bisa terjun langsung untuk menemui masyarakat,” katanya.
Baca Juga: Istri Kim Jong-Un Hilang dari Depan Publik, Spekulasi Merebak
“Di sana juga dikasih tahu kalau baru pertama kali perempuan menjadi Chief. Di daerah lain, Kongo, Lebanon saya tanya ada tidak Chief perempuan? Ternyata tidak ada juga,” tambahnya.
Villa mengungkapkan selama bertgas di Sudan, dia harus membawa senjata lengkap.
Villa bahkan selalu mengenakan rompi dengan berat 8 kg setiap harinya. Hal itu dulakukan untuk menghindari bahaya atau jika terjadi konflik senjata.
“Saya diharuskan pakai rompi anti peluru, pakai helm. Rompinya lumayan berat 8 kilogram. Kalau itu tidak kita ikuti, seandainya kita di-hijack (dibajak) ditanya sama UN apakah mengikuti prosedur? Misal pakai body vest atau tidak, pakai helm atau tidak? Jadi standarnya seperti itu,” tutur Villa.
Baca Juga: Niat Hati Ingin Ingin Lihat Matahari Terbit, Pendaki Ini Malah Bertemu Puma
Villa pun merasa bersyukur bisa mendapat kesempatan sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Sudan.
Dia mengatakan hal itu sebagai pengalaman berharga, bisa bertemu dan melihat langsung bagaimana kondisi masyarakat yang terdampak perang di sana.
“Melihat bagaimana kehidupan mereka. Melihat hunian mereka atapnya dari rumbia, saya pernah masuk ke dalam. Kita masuk itu nunduk, tapi di tengahnya bisa berdiri. Tidak ada alas, dan lantainya pasir. Jadi kalau cuci piring, kata mereka itu, ‘buang saja langsung di situ, nanti menyerap’,” katanya.
Baca Juga: Serang Kamala Harris, Donald Trump: Sosialis Tak Bisa Jadi Presiden, Apalagi Wanita
“Di sana saya lihat tidak ada sumber air. Makanya dari UN suplai air bersih untuk dibagikan ke masyarakat,” lanjutnya.
Villa merupakan lulusan Sekolah Perwira Karier PAPK V pada 1998. Dia memulai karier sebagai prajurit usai melakukan Pendidikan Seskoau pada 2015 di Lembang Bandung.
Dia pun kemudian melanjutkan dinasnya di Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (SEKKAU) Halim Perdana Kusuma Jakarta sejak tahun 2018 dan dilanjutkan ke Puskersin Mabes TNI hingga sekarang.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV