Presiden Kyrgyzstan Sooronbai Jeenbekov Memutuskan Mundur, Ini Alasannya
Kompas dunia | 15 Oktober 2020, 19:43 WIBBISHKEK, KOMPAS.TV - Presiden Kyrgyzstan, Sooronbai Jeenbekov akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya.
Keputusan itu diambil Jeenbekov, Kamis (15/10/2020) waktu setempat setelah para pengunjuk rasa memintanya mundur.
Presiden berusia 62 tahun itu mengungkapkan keputusan tersebut diambilnya demi menghindari pertumpahan darah atas kekacauan politik di negaranya.
Baca Juga: Donald Trump: AS Perlu Pemimpin Seperti Xi Jinping, Kim Jong-Un dan Vladimir Putin
Unjuk rasa di Kyrgyzstan semakin memanas pada beberapa pekan terakhir. Mereka meminta perubahan parlemen.
Bahkan keributan sempat terjadi antara pengunjuk rasa. Kejadian itu sempat Jeebenkov memberlakukan jam malam.
Dia pun berusaha mempertahankan stabilitas keamanan negaranya dengan bantuan militer.
Baca Juga: Armenia-Azerbaijan Kembali Saling Serang, Rusia Marah dan Ingin Gencatan Senjata Dihormati
Namun dia menyadari, hal tersebut bakal mengubah situasi menjadi lebih buruk dan berpotensi menciptakan kekacauan.
“Saat ini, darah akan tertumpah dan itu tak bisa dihindari,” tutur Jeenbekov dikutip dari AP.
“Saya tak ingin tercatat dalam sejarah sebagai presiden yang menumpahkan darah dan menembak rakyatnya sendiri,” tambahnya.
Namun, Parlemen harus lebih dulu mengizinkan secara resmi keputusan untuk mundur tersebut.
Menurut Juru Bicara Parlemen, Kanat Isayev, parlemen akan berkumpul Jumat (16/10/2020) untuk membicarakan hal ini.
Baca Juga: Seperti Hagia Sophia, Erdogan Akan Ikuti Salat Jumat Perdana di Museum Kariye
Mundurnya Jeenbekov diyakini tak mengejutkan negara tersebut. Dia merupakan presiden ketiga yang mundur oleh kekuatan rakyat sejak 2005.
Kyrgzstan mengalami instabilitas keamanan sejak pemilihan umum 4 Oktober lalu.
Menurut pejabat pemilihan, partai-partai pro pemerintah mendapatkan semua kursi di parlemen.
Baca Juga: Kejam, Petarung MMA Ini Serang Kakek di Kursi Roda Secara Brutal hingga Tewas
Hal itu membuat pihak oposisi merasa pemilihan umum sudah dicurangi oleh pembelian suara dan penyimpangan lainnya.
Saat ini para pengunjuk rasa telah mengambil alih sejumlah Gedung pemerintahan dan menjarah beberapa kantor.
Komisi Pemilihan Pusat pun saat ini telah membatalkan keputusan dari pemilu tersebut.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV